“Insentif sebesar itu masih lebih kecil jika dibandingkan dengan belanja modal yang kerap dikeluarkan untuk keperluan pengangkutan dan pembuangan sampah menuju TPA Sumur Batu,” kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi usai melantik pengurus Bank Sampah Patriot di Pendopo Wali Kota Bekasi, Sabtu, (29/10/2016).
Rahmat merinci, jika pada tahun 2017, target pembentukan bank sampah di setiap RW terealisasi, maka aka nada sedikitnya seribu unit bank sampah. Total insentif untuk seribu bank sampah tersebut berkisar Rp 200 miliar.
“Sementara jika uang sebesar itu digunakan untuk pembelian truk sampah, hanya dapat sekitar 60 unit. Itu pun belum termasuk pembelanjaan perlengkapannya, semisal onderdil, bahan bakar, dan penggajian supir. Oleh karena itu, pemerintah lebih suka memberikan uangnya untuk bank sampah,” katanya.
Ia menyebutkan, kehadiran bank sampah yang saat ini jumlahnya baru berkisar 400 unit saja sudah bisa menyumbangkan eliminasi tumpukan sampah yang akan diangkut ke TPA Sumur Batu hingga tiga puluh persennya dari rata-rata 1.700 ton/hari. Jika jumlah unit bank sampahnya sudah lebih banyak, tentunya akan makin banyak volume sampah yang bisa direduksi sehingga lahan pembuangan di TPA Sumur Batu tidak terus diperluas.
“Pemerintah sudah habis banyak uang untuk keperluan perluasan lahan TPA. Namun langkah tersebut tidak menghasilkan perubahan apa pun. Beda jika uangnya diberikan ke bank sampah, perubahan budaya dan karakter warga yang diharapkan bisa terwujud karena semua akan terdorong bijak memilah dan mengelola sampah yang sebenarnya masih bernilai sebelum semuanya dibuang,” katanya. Seperti dikutip Pikiran Rakyat, Sabtu, (29/10/2016).
Dengan kehadiran bank sampah, barang-barang yang masih bernilai jual atau diolah menjadi sesuatu yang berharga bisa tetap termanfaatkan. Sementara sampah rumah tangga yang cenderung basah diangkut ke TPA Sumur Batu. Dia berharap, ke depannya akan lebih banyak bank sampah yang terbentuk dan lebih banyak pula masyarakat yang bisa mengubah karakternya dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan cara meminimalisir kehadiran sampah.
“Di TPA pun sampah rumah tangga tidak begitu saja ditumpuk, melainkan diproses menjadi energi karena kami sudah menggandeng pihak ketiga untuk mengelolanya,” katanya.
(PR/WD)