Pimpinan Tim Kerja ULMWP bersama Peserta Hut Papua Barat Ke-55 dimediasi oleh KNPB/ Doc KNPB 2016 |
Pantauan awak media ini, ada tiga pergerakan pro kemerdekaan memediasi rakyat. Acara dilaksanakan serentak di tempat berbeda- beda secara nasional. Tiga pergerakan yaitu Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Front Rakyat Indonesia (FRI), Aliansi Mahasiswa Papua (AMP).
Pertama,Komite Nasional Papua Barat (KNPB), setiap suku- suku pribumi di tujuh wilayah adat dari Sorong sampai dengan Samarai, baik tokoh agama, politik, adat, akademisi, tokoh gerakan sosial turut hadir dalam acara ibadah bersama.
Setiap wilayah dirayakan dalam bentuk perayaan ibadah untuk mengucap syukur atas keberhasilan diplomasi yang terus bergulir di kanca Internasional, serta menuntut segera kembalikan hak politik bangsa Papua Barat.
Pada HUT kali ini, himbauan yang dikeluarkan KNPB bahwa wajib hayati dan merefleksikan hari embrio bangsa Papua secara damai, aman dan tertip di masing- masing Honai, karena menghargai sebagai hari lahirnya sebuah bangsa sama seperti bangsa- bangsa lain di dunia.
Kedua,Front Rakyat Indonesia (FRI) untuk refrendum Papua Barat juga turut ambil bagian pada HUT yang ke - 55, setelah Front ini dideklarasikan di Jakarta belum lama ini. Aksi pertama yang dilakukan yaitu aksi turun jalan.
Informasih yang dihimpung, kegiatan FRI dipusatkan di dua kota yaitu Jakarta dan Jogyakarta. Dalam aksi pertama setelah dideklarasikan ada empat belas aktivis ditahan di Kapolres Jogyakarta.
Sedangkan, Surya Anta juru bicara FRI ditahan dan dipukul bersama dua orang anggota AMP oleh kepolisi Metro Jaya- Jakarta.
Seorang anggota aktivis FRI yang ditahan di Jogyakarta melakukan aksi mogok makan. Dengan alasan bahwa kami ditahan tidak tepat, kami menyampaikan pendapat dimuka umum,sehingga ruang demokrasi itu ada.
Ketiga,Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), seperti tadisi biasanya setiap HUT 1 Desember AMP selalu melakukan lonch march untuk menyampaikan aspirasinya.
Aksi kali ini dipusatkan di Jakarta. Sekitar 203 massa aksi ditangkap dan di bawah ke Polda Metro Jaya, Jakarta.
Aksi masa diperlakukan secara tidak manusiawi, bahkan Polisi tak hanya represif tapi juga melakukan kekerasan terhadap pendemo. Mereka disiram dengan water canon, dihadang, dipukul.
AMP selalu eksis memperjuangkan tiga isu utama perlawanan terhadap Imperialisme, Kolonialisme dan Kapitalisme.
Pewarta : Marinus Gobai