Pohon Aren Langka, Pengrajin Gula Aren Di Jogorogo Satu Per Satu Gulung Tikar

prduksi gula aren di jogorogo ngawi

SINAR NGAWI™ Jogorogo-Langkanya bahan baku pembuatan gula aren, membuat sejumlah pengrajin gula aren satu per satu mulai meninggalkan pekerjaan ini. Sugiatun (45) warga Dusun Pakel, Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, Ngawi, yang masih bertahan hingga kini, mengatakan bahwa penyebab utamanya adalah keberadaan pohon aren sendiri jumlahnya dari hari ke hari makin berkurang.

“Sekarang dengan sepuluh tahun lalu jumlah pengrajin gula aren di wilayah sini sangat beda jauh. Kalau dulu pembuat gula aren lumayan banyak tetapi sekarang ini tinggal dua orang termasuk saya,” terang dia.

Tambahnya, Ia pun memaklumi keberadaan pengrajin seprofesinya memang bak menghilang dengan alasan klasik yakni sulitnya bahan baku.

Sehari saja tandasnya, Suradi suaminya sanggup mengumpulkan badek tidak kurang dari 10 – 20 liter. Itu pun didapat dari pohon aren yang tersisa dikawasan hutan Perhutani yang berada disekitarnya.

“Sekarang benar-benar sulit kondisi pembuat gula aren seperti saya. Sehingga pekerjaan ini sifatnya hanya sampingan tidak bisa menjadi pekerjaan pokok,” terangnya lagi.

Dalam pembuatan gula aren, untuk proses awal pembuatan dijelaskan, badek sekitar 10 liter dituangkan ke dua wadah ketel dan direbus sekitar 4 jam lamanya.

Ketika mengental baru di tuangkan ke cetakan berbahan batok atau tempurung dan warnanya menjadi merah.

Sayangnya, pekerjaan yang begitu rumit tersebut tidak sebanding dengan harga gula aren yang ia jual.

Setiap satu biji gula aren berbentuk lempengan, Sugiatun hanya mematok harga Rp 50 ribu. Untuk kwalitas sendiri sangat manis dan sangat awet apabila disimpan dalam waktu yang lama.
Pewarta: Kun/pr
Editor: Kuncoro


Subscribe to receive free email updates: