Menurutnya, nama yang lebih bersahabat dan relevan adalah wisata Friendly.
Sebenarnya wisata halal itu diperkenalkan pertama kali oleh Iran. Wisata halal itu untuk memenuhi turis muslim dinegara non muslim seperti misalnya di negara Korea, Jepang. Untuk mendapatkan segmen pasar dari Malaysia, Indonesia dan negara muslim lainnya maka diperkenalkan wisatahalal itu. Namun demikian berkembang menjadi produk apalagi Malaysia misalnya, negara itu cukup agresif menjual wisata halal itu. "Kalau mau menjual wisata halal maka harus disiapkan produk makanan halal itu.
Awalnya Negara negara muslim ini satu suara soal wisata halal akan tetapi karena persaingan bisnis maka satu dengan yang lain saling mendeskreditkan. Misalnya Malaysia mengatakan makanan Indonesia kurang halal atau tidak higienis atau steril. Bagi negara yang tidak menganut wisata halal menjadi termakan karena takut barangnya tak laku sehingga lari ke Malaysia.
Melihat gejala tidak sehat ini, OKI sudah mengangkat standarisasi yang dinamakan tourism. namun akhir akhir ini terminologi Wisata Halal kurang populer atau pas sehingga disarankan lebih moderat seperti muslim friendly. "Misalnya air Lombok, masa air kemasannya tidak halal atau air sumur yang jelas jelas penduduk muslim yang tidak ada apa apanya harus berlabel halal, sehingga kalau tak ada labelnya tidak diminum, ini merugikan. "Kalau frendly sejauh ini tidak ada nodanya sudah bisa dikonsumsi" jelasnya.
Lalu bagaimana promosikan Lombok maka kuncinya di promosi, mempromosikan lombok dengan aneka produk halal tapi itu sebagai propaganda harus kuat untuk mempromosikan ke timur tengah.
Terkait adanya ketakutan wisatawan akan teroris maka ini harus dibuat muslim friendly. Cukup dibawa ke negara muslim saja seperti di mesir, irak, arab saudi dan jangan dibawa ke negara jepang, Cina dan negara lainnya.
Terkait kata Wisata Halal sendiri awalnya sekali muslim friendly tapi ada persaingan bisnis antara arab, saudi, turki dan mesir. Wisata Halal sendiri merupakan terminologi untuk membedakan wisata umum bukan dari Pusat. Masing masing daerah punya otonomi daerah sehingga dapat menentukan istilah sendiri.
Pertanyaan sekarang kenapa sekarang dipermasalahkan istilah Halal itu, karena dahulu damai saja itu muncul semakin banyak terorisme setelah kemunculan ISIS menguasai dunia sehingga isu isu yang tidak pernah.muncul itu muncul sehingga orang lebih sensitif dan ada ketakutan. "orang kita tidak ingin dijauhi duniakarena label itu, itu semua berpulang ke pemimpin suatu daerah, kita hanya beri saran saja, kita tak bisa intervensi" tegasnya. Am