RTK Solusi Kurangi Resiko Kematian Ibu dan Anak Di Dompu

Dompu, sasambonews.com- Masyarakat Kabupaten Dompu terutama para ibu – ibu hamil yang jauh dari pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), saat ini sudah sedikit terbantu yakni dengan telah tersedianya Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) yang bisa dijadikan tempat tinggal sementara bagi ibu hamil dan bayi bersama pendampingnya sebelum dan setelah persalinan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Hj. Iris Juita Kastianti SKM, M.MKes menyebutkan, kehadiran RTK ini merupakan  salah satu bentuk perhatian Pemerintah Kabupaten Dompu untuk mengurangi risiko kematian ibu dan anak. Katanya,  salah satu indicator kesejahteraan suatu daerah diukur dari tingkat kematian ibu dan anak. “Dengan adanya RTK diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi seluruh warga Dompu yang membutuhkan” harap Kadikes ini.
Menurut Hj .Iris, angka kasus kematian ibu selama 3 tahun terakhir di Kabupaten Dompu mengalami penurunan yang signifikan, dimana terhitung pada tanun 2015 jumlah kasus kematian ibu tercatat 12 kasus, menurun menjadi 6 kasus pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 menjadi hanya 4 kasus. “Sementara untuk tahun ini, hingga bulan Mei 2018 kasus kematian ibu di Kabupaten Dompu masih 0,” ungkapnya
Dia berharap dengan adanya RTK ini bisa menekan jumlah kasus kematian ibu. RTK  ini terletak di depan RSUD Dompu(Jalan dr. sutomo, Bada, Dompu) sehingga memudahkan pasien dan keluarganya yang hendak mendapatkan perawatan di RSUD Dompu.
“RTK mulai siap digunakan pada bulan Mei 2018, sedangkan biaya opreasional RTK memanfaatkan dana Jampersal yang meliputi biaya listrik, air, tenaga teknis, tenaga kebersihan, dan biaya konsumsi penunggu pasien keluarga 3 x sehari selama dirawat,” jelas Hj. Iris
RTK ini lanjut Kadikes Dompu, dihajatkan sebagai bentuk pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, bersalin, dan nifas yang sulit mendapatkan akses ke tempat fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan status kesehatannya. Katanya, rumah tunggu kelahiran ini diperuntukkan bagi ibu hamil yang sudah menjelang waktu melahirkan. “Meski sederhana, bangunan RTK ini punya peran penting dalam menjaga ibu dan bayinya agar selamat dan sehat” tukas Hj. Iris.
Dengan tinggal di rumah tunggu kelahiran, urai Hj Iris, kesehatan ibu dan janin jelang persalinan bisa dipantau dengan baik. Ini penting untuk mengurangi risiko kematian ibu dan bayi. Apalagi rumah tunggu tersebut letaknya sangat dekat dengan RSUD Dompu, yakni tepat di seberang jalan lokasi RSUD.
“Selama tinggal di rumah tunggu, ibu-ibu hamil juga mendapatkan konsumsi  3 x sehari.  Para ibu hamil juga dibekali buku kesehatan ibu dan anak (KIA) yang berisi tentang pengetahuan dari kehamilan mulai 0 bulan sampai anak usia 5 tahun. Sehingga saat pulang ke rumah, ibu diharapkan bisa merawat bayi dan mengetahui teknik menyusui dengan baik, serta memperhatikan juga gizi ibu dan anak” terang Hj. Iris.
Dia  menjelaskan, saat ini kurang lebih 20% ibu bersalin belum terlayani di fasilitas kesehatan sehingga persalinan dirasakan menjadi tidak aman dan memiliki risiko sangat besar yakni kematian ibu dan bayi. Hal tersebut disebabkan oleh kendala akses yang sulit dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah.  termasuk tidak memiliki Jaminan Kesehatan Nasional seperti JKN, KIS dan BPJS atau sumber pembiayaan kesehatan lainnya. (Idin) Masyarakat Kabupaten Dompu terutama para ibu – ibu hamil yang jauh dari pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), saat ini sudah sedikit terbantu yakni dengan telah tersedianya Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) yang bisa dijadikan tempat tinggal sementara bagi ibu hamil dan bayi bersama pendampingnya sebelum dan setelah persalinan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Hj. Iris Juita Kastianti SKM, M.MKes menyebutkan, kehadiran RTK ini merupakan  salah satu bentuk perhatian Pemerintah Kabupaten Dompu untuk mengurangi risiko kematian ibu dan anak. Katanya,  salah satu indicator kesejahteraan suatu daerah diukur dari tingkat kematian ibu dan anak. “Dengan adanya RTK diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi seluruh warga Dompu yang membutuhkan” harap Kadikes ini.
Menurut Hj .Iris, angka kasus kematian ibu selama 3 tahun terakhir di Kabupaten Dompu mengalami penurunan yang signifikan, dimana terhitung pada tanun 2015 jumlah kasus kematian ibu tercatat 12 kasus, menurun menjadi 6 kasus pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 menjadi hanya 4 kasus. “Sementara untuk tahun ini, hingga bulan Mei 2018 kasus kematian ibu di Kabupaten Dompu masih 0,” ungkapnya
Dia berharap dengan adanya RTK ini bisa menekan jumlah kasus kematian ibu. RTK  ini terletak di depan RSUD Dompu(Jalan dr. sutomo, Bada, Dompu) sehingga memudahkan pasien dan keluarganya yang hendak mendapatkan perawatan di RSUD Dompu.
“RTK mulai siap digunakan pada bulan Mei 2018, sedangkan biaya opreasional RTK memanfaatkan dana Jampersal yang meliputi biaya listrik, air, tenaga teknis, tenaga kebersihan, dan biaya konsumsi penunggu pasien keluarga 3 x sehari selama dirawat,” jelas Hj. Iris
RTK ini lanjut Kadikes Dompu, dihajatkan sebagai bentuk pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, bersalin, dan nifas yang sulit mendapatkan akses ke tempat fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan status kesehatannya. Katanya, rumah tunggu kelahiran ini diperuntukkan bagi ibu hamil yang sudah menjelang waktu melahirkan. “Meski sederhana, bangunan RTK ini punya peran penting dalam menjaga ibu dan bayinya agar selamat dan sehat” tukas Hj. Iris.
Dengan tinggal di rumah tunggu kelahiran, urai Hj Iris, kesehatan ibu dan janin jelang persalinan bisa dipantau dengan baik. Ini penting untuk mengurangi risiko kematian ibu dan bayi. Apalagi rumah tunggu tersebut letaknya sangat dekat dengan RSUD Dompu, yakni tepat di seberang jalan lokasi RSUD.
“Selama tinggal di rumah tunggu, ibu-ibu hamil juga mendapatkan konsumsi  3 x sehari.  Para ibu hamil juga dibekali buku kesehatan ibu dan anak (KIA) yang berisi tentang pengetahuan dari kehamilan mulai 0 bulan sampai anak usia 5 tahun. Sehingga saat pulang ke rumah, ibu diharapkan bisa merawat bayi dan mengetahui teknik menyusui dengan baik, serta memperhatikan juga gizi ibu dan anak” terang Hj. Iris.
Dia  menjelaskan, saat ini kurang lebih 20% ibu bersalin belum terlayani di fasilitas kesehatan sehingga persalinan dirasakan menjadi tidak aman dan memiliki risiko sangat besar yakni kematian ibu dan bayi. Hal tersebut disebabkan oleh kendala akses yang sulit dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah.  termasuk tidak memiliki Jaminan Kesehatan Nasional seperti JKN, KIS dan BPJS atau sumber pembiayaan kesehatan lainnya. (Idin)

Subscribe to receive free email updates: