Warga yang berjumlah sekitar 15 orang itu diterima di Ruang Kerja Gubernur. Mereka masuk ke dalam ruang kerja Gubernur NTB, yang selama ini tidak pernah mereka bayangkan untuk berada di ruangan itu.
Saking canggungnya, sebagian masyarakat melepas sandal ketika hendak masuk. “Ayo..masuk, pake sandalnya,” Kata Gubernur. Meski terlihat canggung, belasan masyarakat Desa Kute, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah itupun masuk dan bergegas duduk di kursi yang selama ini memang disediakan untuk para tamu Gubernur.
“Ayo..ayo..silahkan duduk.” Kata Gubernur. Semuanya sudah duduk, termasuk Gubernur. Namun kali ini, Gubernur tidak duduk di kursi yang biasa ia tempati ketika menerima tamu. Doktor Zul mengambil posisi sofa deretan bagian barat yang menghadap ke timur. Agar bisa berbaur dan lebih dekat dengan warga yang menemuinya. Sebagian duduk di kursi dan sebagiannya lagi lebih senang duduk bersila di lantai beralasakan karpet.
“Saya duduk di sini aja. Biasanya gubernur duduk di situ,” Jelas Gubernur sambil menunjuk salah satu kursi yang menghadap ke selatan. Sontak, penjelasan gubernur itu membuat seluruh yang hadir tertawa dan sedikit kaget. Karena salah seorang warga bernama, Lalu Wirantani yang datang menemui gubernur itu, sejak masuk ruang telah duduk di kursi itu. Hanya saja, ia baru sadar kalau itu kursi gubernur setelah dijelaskan Doktor Zul.
“Nggak apa-apa, duduk saja di situ biar tau rasanya kursi gubernur,” kata Doktor Zul. Suara tertawapun kembali terdengar di ruang kerjas Gubernur tersebut.
Setelah semuanya duduk, Gubernur mempersilahkan warga itu untuk menyampaikan maksud kedatangannya. Namun sebelum itu, gubernur tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya dan mengambil piring yang berisi pisang goreng, kemudian menyodorkannya ke warga yang duduk. “Sila’..! diambil. Sambil makan-makan aja kita ngobrolnya,” kata Gubernur sambil berjalan keliling membagikan pisang goreng tersebut.
“Gimana”? Tanya Gubernur kepada warga. Ketua Rombongan, sekaligus kepala Dusun di Desa Kute, Mungkini, menjelaskan maksud kedatangannya itu.
“Terima kasih banyak pak Gubernur. Kami tidak menyangka akan diterima di ruangan ini. Ini merupakan kehormatan bagi kami. Kami terus terang tidak menyangka bisa masuk di ruang kerja gubernur ini,” Jelasnya mengawali pertemuan itu.
Rupanya, kedatangan warga yang berdomisili di salah satu kawasan wisata terbaik Indonesia itu ingin menyampaikan permasalahan yang selama ini mereka rasakan. Yaitu terkait tidak diizinkannya lagi mereka untuk beraktivitas jualan di sekitar kawasan KEK Mandalika. Bahkan mereka mengaku, Pihak ITDC telah mengeluarkan edaran yang bernada mengusir. Sehingga, hal inilah yang menurut mereka tidak adil. Mungkini juga mengaku kalau masyarakat di sekitar Kute itu mendukung pembangunan kawasan yang pernah diresmikan Presiden Joko Widodo itu. Hanya saja katanya, masyarakat harus diberi ruang dan mengambil manfaat dari pembangunan itu. “Bukan malah diusir,” Katanya penuh semangat.
“Itu saja”? Tanya Gubernur didampingi Kepala DPM PTSP Provinsi NTB, Lalu Gita Aryadi. “Sebenarnya banyak pak Gubernur, tapi itu saja dulu,” jawab Mungkini.
Gubernur Doktor Zul kemudian menjelaskan bahwa masyarakat harus diutamakan dalam setiap pembangunan. Sebab, pembangunan apapun selama ini, itu dihajatkan untuk kepentingan masyarakat. Tidak ada yang boleh dirugikan. Karena itu, Gubernur akan membicarakan persoalan itu dengan pihak-pihak terkait, agar mendapatkan solusi dan titik temu dari persoalan itu.
“Bagini aja, coba adakan kegiatan di desa sana. Nanti saya hadir bersama ITDC dan pihak-pihak terkait,” Saran gubernur. Atas saran Gubernur itu, warga yang hadir akan segara mengadakan kegiatan di Desa Kute.
Setelah semuanya mendapat penjelasan, Gubernur meminta Kepala DPM PTSP, Lalu Gita Aryadi untuk membantu dan mencatat keluhan warga tersebut. Sehingga, masalah-masalah yang ada dapat segera diselesaiakan.
Wargapun kemudian berpamitan pulang, ditemani Kepala DPM PTSP