Lombok Tengah, SN - Pimpinan Ponpes Qamarul Huda Desa Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, NTB TGH L. Turmuzi Badarudin mengaku sangat kenal dekat dengan Wakil Presiden Prof DR Makruf Amin semasa masih sama sama di Rois Am PBNU NU.
"Pak Wapres ini Sahabat saya dan selalu bermusyawarah dengan saya. Saya pernah diskusi saat musyawarah, untuk menentukannya sebagai ketua Rois Am, saya bilang yai aja dan setelah itu diminta menjadi Wapres" kata ulama paling berpengaruh di kalangan Nahdiyin NTB itu.
"Cocoklah beliau sebagai penegak negara dan tanah air" tambahnya lagi.
Menurut Tuan Guru ada 4 pilar kuatnya negara, Salah satunya adalah ulama dan umarak. "Pas sudah selain jadi ulama dia juga sekaligus umarak" kata Tuan Guru. Selain itu adil dalam memerintah. Murahnya orang orang kaya, tidak pelit untuk negara dan ke empat Doanya fakir miskin.
TGH berterimakasih atas kehadiran pak kiyai. "Hari bahagia bagi Saya dan NU sebab pimpinan ulama jadi wapres mau datang ketempat kami" katanya.
Bak gayung bersambut, Wapres juga menyatakan kebahagiaa yang sama karena dapat bertemu dengan sahabatnya saat masih sesama di Rois Am
"Saya sangat berbahagia bertemu dengan ulama yang dekat dengan saya, saya banyak meminta pendapat kepada beliau apalagi soal NU" kata Wapres.
Menurut Kiyai Makruf Amin, Walaupun usia TGH. Turmuzi Badaruddin sudah sepuh sama seperti dirinya namun semangatnya patut ditiru. "Dia yang dorong saya jadi Rois Am dan Wapres dan saya selalu minta doa agar dapat menjalankan tugas dengan baik sebab tugas sangat berat dalam membangun nusa dan bangsa. "Kami menyadari beratnya maka perlu dukungan semua pihak baik itu ulama maupun pimpinan ponpes" jelasnya.
Untuk mewujudkan bangsa yang adil dan makmur. Salah satu tujuan negara adalah membangun SDM yang unggul, produktif, sehat dan punya daya saing tetapi juga berahlak mulia untuk itu pemerintah menyediakan fasilitas penanganan penyakit dan stunting.
Selain itu pimpinan pesantren diharapkan akan melahirkan anak anak cerdas dan tidak hanya faham agama tetapi juga lahirkan tokoh tokoh perubahan perbaikan dalam kehidupan masyarakat sesudah mereka kembali ke daerah masing masing
Dulu di ponpes cari pahala tergantung kelelelahannya siapa yg lelah mendapat pahala cuma jangan lelah saja tapi tak hasilkan kemaslahatan, maka yang tepat adalah pahala itu tergantung manfaat dan kemaslahatan yang dihasilkan atau produktifitas yang dihasilkan.
"Kecil manfaatnya kecil nilai nya sebaliknya karena itu tugas ulama salah satunya adalah bangun kemaslahatan yang dirasakan oleh orang dan menghilangkan kerusakan dan hal hal yang membahayakan masyarakat" ungkapnya saat menghadiri silaturahmi dan pengarahan Wapres Asosiasi Perguruan Tinggi swasta (APTISI) dan Pimpinan Pondok Pesantren se NTB di Kampus STAIQ Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Kamis 19/2.
Wapres mengatakan ulama diminta untuk meminimalisir kerusakan dan bahaya itu sebaliknya memperbesar manfaat itu. Untuk itu produktivitas itu ada di ponpes. "Ponpes itu harus berdaya saing atau fighting spirit yang tinggi. Berlomba lomba dalam kebaikan itu disuruh dalam agama dan orang Indonesia kalau didirong dengan spirit maka akan muncul atau hasilnya memuaskan. Contoh target medali pada seageme lalu melebihi target" jelasnya.
Oleh karena itu paradigma alon alon asal klakon itu tidak berlaku namun harus ceoat tepat dan bermanfaat. Kerja profesional tetapi beri nilai manfaat. "Kita juga harus bangun generasi yang punya komitmen negara yang kuat. Untuk itu pensatren diharapkan dapat peran yang besar.
Sementara itu Gubernur NTB DR.Zulkiflimansyah mengatakan sudah 2 hari Wapres di Lombok tapi tak terlihat lelah namun justru paspampres yang tertatih tatih.
Tahun depan Gubernur mengundang Wapres untuk menonton penyelenggaraan moto GP tahun depan namun kalau ada yang kurang terkait penyelenggaraan moto GP itu agar bisa dibantu.
"Terima kasih pak Pangdam IX Udayana dan Kapolda NTB dan Dandrem atas kerja kerasnya, semoga pak Danrem betah di NTB. Atas nama masyarakat saya minta maaf jika penyelenggaraan kami kurang memuaskan" ujarnya.
Gubernur mengatakan Bagi yang tidak pernah punya kampus maka belum bisa merasakan bagaimana beratnya mengelola kampus, hanya panggilan batin yang bisa membuat bertahan. Ujarnya. Lth 01