Sumber Mata Air Tibulempanas PDAM Sungguh Memprihatinkan

Lombok Tengah, SN - Kondisi Mata Air PDAM Lombok Tengah memprihatinkan. Dari 200 liter perdetik kapasitas terpasang, hanya kurang lebih 25 liter perdetik yang dimanfaatkan. Hal itu akibat minimnya debit air di sumber mata air. Salah satunya di sumber mata air Tibu Lempanas Desa Lantan Kecamatan Batukliang Utara.

Pantauan Wartawan ke lokasi sumber mata air bersama Direktur Teknik PDAM Tirta Ardhia Rinjani Kabupaten Lombok Tengah L. Sukemi Adiantara dan Kabag Transdit M.Saleh Selasa 25/2, debit air sangat menurun bahkan penurunannya diatas 50 %. Kondisi ini jelas akan mempengaruhi distribusi air bersih ke sejumlah pelanggan dibeberapa kecamatan. "Inilah kondisi mata air kita, debitnya sangat menurun" ungkapnya.

Untuk menuju lokasi mata air, setidaknya harus siapkan bekal makanan karena sangat jauh dari rumah penduduk. Diperkirakan dari titik terahir rumah penduduk sekitar 3 sampai 4 kilo menyusuri jalan tanah. Hingga dibibir kali, anda harus menuruni anak tangga sekitar 180 anak tangga dengan 5 tikungan dengan kemiringan sekitar 85 derajat. Sungguh sangat melelahkan dan membahayakan. Namun syukur pihak PDAM membuatkan besi pegangan dikiri kanan anak tangga sehingga aman untuk turun dan naik dari sumber. "Kita saja yang turun bawa diri sendiri saja sangat lelah, saya saja harus istirahat 4 kali baru sampai atas, apalagi bawa material semen, genzet, hingga pipa diameter 20 inci, namun ini adalah sebuah resiko dari pekerjaan untuk konsumen" ungkapnya.

Tidak hanya pemandangan miris dengan debit air yang sangat minim saja tetapi disepanjang perjalanan, anda akan disuguhkan oleh pemandangan kontras dimana lahan kebun kopi milik pemerintah seluas 350 hektar hingga batas bibir sumber mata air yang pernah dikuasai oleh PT. Tresno Kenanga itu dipenuhi juga oleh tanaman pohon pisang. Sementara pohon pohon yang dahulunya sangat lebat dan berdiri kokoh tidak terlihat sama sekali, hanya ada beberapa pohon keras saja yang masih terlihat. Yang masih banyak hanya pohon randu disepanjang jalan menuju lokasi.

Akibatnya air hujan yang turun tidak terserap oleh pohon pohon dan langsung ke sungai padahal mata air itu bersumber dari air yang diserap oleh akar akar pohon. "Hujan memang turun namun tidak terserap oleh akar didalam tanah, melainkan langsung ke kali, makanya debit kita terus menurun" ungkap Dirut beberapa waktu lalu.

Jika sudah demikian, lalu siapa yang harus disalahkan, PDAM sebagai penjual air, masyarakat yang menebang pohon karena masalah perut dan kepulan asap dapur atau pemerintah daerah yang kurang perhatian. Lth01



Subscribe to receive free email updates: