Pak MG: Antara Sembalun, Trawangan dan HPN Lombok

 



Oleh: Rudi Hidayat*)



Inna Lilllahi wa Inna Ilayhi Rojiun

Telah Berpulang ke Rahmatullah. Pergi menghadap ke Haribaan Sang Maha Pencipta Mati dan Hidup, Tokoh Pers Nasional Margiono. Meninggal sekitar pukul 09.45 WIB di RSPP Modular Jakarta, begitu dari pesan WA yang dikirim berantai di hampir semua group WA wartawan.

Menghafal Pak Margiono atau Pak MG tak perlu susah, diantara wartawan bertubuh subur, salah satunya adalah Pak MG. 

Tapi untuk kemajuan dan geliat Pers di NTB, Pak MG punya kenangan dan nilai tarbiyah (pendidikan/edukasi) tersendiri. Beberapa bulan setelah terpilih sebagai Ketua Umum PWI Pusat, PWI NTB menggelar Rakerda di Sembalun atas jasa baik Bupati Lotim Ahmad Sukiman. Sebagai dalang, Pak MG, hapal betul lakon-lakon wayang maupun sejarah dan babad Tanah Jawi, diantaranya tentang beberapa tempat yang namanya sama termasuk Sembalun. 

Sebelum membuka Rakerda PWI NTB di Sembalun, beliau banyak bertanya tentang sejarah Sembalun dan tokoh-tokohnya. Sehingga saat membuka Rakerda, beliau mengkaitkan tentang Sembalun yang diperoleh dalam cerita di kaki Gunung Rinjani dengan sejarah dan kisah lainnya. Tentu ini sangat menarik. 


Sebagai Ketua Umum PWI Pusat, Margiono termasuk senang dan sering ke Lombok. Ini terbukti beberapa kali selalu datang ke Lombok kalau diundang PWI NTB. Bukan hanya suasana dan pemandangan alamnya yang bagus tapi juga kulinernya, yang bikin ketagihan. Saya juga pernah mendampingi saat makan di RM Ria Praya bersama teman-teman wartawan yang lain. 

Selain ke Sembalun, Pak MG juga pernah ke Gili Trawangan. Waktu itu hendak melepas tukik (anak penyu) dan dikira disiapkan speedboat khusus untuk Pak Ketum oleh panitia lokal, tapi nyatanya ada mis komunikasi sehingga semua naik perahu (publik), dan saya lihat Pak Ketum enjoy saja. 

Tapi pulangnya dari Trawangan, pengurus SIWO NTB, Boy Mashudi terlihat sibuk mengusahakan speedboat untuk Pak Ketum tercinta. Semua acara berjalan lancar termasuk penanaman mangrove di Pantai Kute Mandalika Lombok Tengah. 

Dan kenangan manis yang tak terlupakan ketika pelaksanaan HPN Kute Mandalika. Beberapa kali panitia pusat rapat dengan panitia lokal di kantor Gubernuran. Demikian juga panitia lokal hampir tiap minggu rapat di RRU Pemprov. Dilanjutkan rapat di ruang Sekda dan di ruang Asisten agar acara berskala nasional ini sukses. Dan juga rapat panitia lokal dengan panitia pusat di kantor PWI Pusat. 

Pak Margiono, dan panitia lainnya termasuk Teguh Santosa termasuk orang yang super sibuk untuk menyukseskan acara ini. Gubernur NTB, DR Zainul Majdi yang akrab dipanggil TGB juga selalu memberi wejangan saat rapat agar acara ini sukses. Apalagi acara ini digelar Outdoor di pantai yang banyak sekali kemungkinan kemungkinan terjadi. Semua pengurus PWI NTB sangat sibuk dan capek. Saya yang dipercaya menghandel acara dua seminar yakni Seminar dengan Menkop RI, Bapak Yoga dan Menpar Arif Yahya juga sangat sibuk. Ditambah lagi saya menghandel acara bakti sosial di Senggigi. Waduh, 3 acara skala nasional ini harus sukses semua dan tidak boleh mencemarkan nama NTB. Alhamdulillah, semua acara yang saya handel bisa diselesaikan bersama tim yang kompak dengan sukses. 

Saya senang Pak MG kalau berpidato selalu punya cara dan space untuk mengajak semua pendengarnya terlibat dalam pembicaraan. Termasuk Persiden Jokowi, selalu cerah gembira dibuatnya. Candaan dan selorohnya sangat khas dan berkelas sehingga Presiden di setiap HPN selalu tertawa dibikin oleh Pak Ketum PWI Pusat ini. 

Nah, saat HPN di Kute, Gubernur NTB, TGB ternyata tak kalah piawai berbicara tentang pers dan perannya saat mencontohkan koran di Mesir tempat TGB kuliah dan mendapat gelar Doktor. Dimana setelah era reformasi di Mesir, menurut TGB banyak media bermunculan dan kadang ada yang memberitakan kurang pada porsinya. Sehingga masyarakat harus bisa membedakan dan memilih informsi yang benar dengan baik. Cuma ada berita yang benar di halaman iklan, dan iklan tentang duka cita. Tentu saja, semua wartawan senior di seluruh Indonesia dan Asean yang datang saat HPN di Kute, memuji kehebatan pidato Gubernur termuda se Indonesia ini. Bukan karena cerdas tapi juga punya sense of humor yang tinggi. 

Banyak wartawan senior serta pengurus PWI menganggap HPN di Kute Lombok Tengah ini HPN yang sukses dan mendapat acungan jempol. Tentu, Pak Margiono selaku Ketum PWI Pusat punya saham yang sangat besar untuk suksesnya acara ini. Termasuk persetujuan Ketum PWI kepada NTB untuk jadi tuan rumah HPN mengalahkan daerah daerah lain yang juga kepingin menjadi tuan rumah HPN. 

Semua Kesuksesan ini tentu saja tidak tinggal kenangan dan kesan mendalam saja karena Ketum yang banyak dicintai wartawan dan semua kalangan ini telah berpulang ke Rahmat Allah. Tapi semua kenangan baik dan indah ini semoga mendapat ridho dan berkah dari Sang Pemilik Mati dan Hidup. Ya Allah, Semoga, kepergiannya menemui Allah, sebagai jalan untuk dikumpulkan bersama Orang Shalih. Bismillah wabihamdih. Bismillah Biidznillah. Aamiin.  (*)

  

*) Penulis Ketua Litbang PP JMSI dan Wakil Ketua bidang Pendidikan PWI NTB

Subscribe to receive free email updates: