Prabowo-Jokowi RedakanTensi

Prabowo-Jokowi RedakanTensi
TUNGGANG KUDA : Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyapa wartawan saat menunggang kuda di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, Senin (31/10). (Foto : SM/Ant)
BOGOR – Presiden Joko Widodo kembali bersilaturahmi dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Salah satu hal yang dibicarakan kedua orang yang pernah menjadi rival saat Pilpres 2014 itu adalah rencana demo besar-besaran di Jakarta pada 4 November.

Pertemuan di kediaman Prabowo di Desa Bojong Koneng, Hambalang, Babakan Madang, Bogor, Senin (31/10), dinilai sejumlah pihak sebagai bentuk antisipasi dan meredakan tensi politik terkini.

Politikus Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mengakui keduanya sempat membicarakan kondisi keamanan Ibu Kota yang telah dinyatakan siaga satu.

”Iya, (bicara) soal demo juga. Demo merupakan hak demokrasi rakyat namun tidak boleh anarkistis,” ucap anggota Komisi III DPR itu yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Keduanya memang disebut-sebut sebagai simbol keharmonisan. Ini menyusul adanya potensi gangguan keamanan setelah adanya agenda demo terkait isu SARAjelang pilkada. Presiden tiba di Bojong Koneng sekitar pukul 12.30.

Dalam pertemuan tertutup tersebut, Presiden disuguhi hidangan makan siang berupa nasi goreng andalan Prabowo. ”Tadi makan siang, kemudian saya diberi topi oleh Pak Prabowo,” kata Presiden usai makan siang.

Bahkan keduanya juga sempat menunggangi kuda milik Prabowo. Presiden menaiki kuda berwarna putih, bernama Salero. Sedangkan Prabowo, menunggangi kuda cokelat bernama Princite. Topi koboi pemberian Prabowo pun dikenakan Presiden saat menunggang kuda yang berjalan bersebelahan tersebut.

Selama dua jam Prabowo mengakui pihaknya termasuk yang sesekali berbeda pandangan dengan pemerintah. Namun, dirinya tetap menyadari antara ia dengan pemerintahan Joko Widodo memiliki kepentingan, menjaga keutuhan negara. Terkait Pilkada Serentak, Prabowo mengatakan, dirinya selalu berharap agar pelaksanaan pesta demokrasi dilakukan dengan baik dan tenteram.

Ia juga berpesan agar mewaspadai setiap upaya yang dapat memecah belah bangsa. ”Kita harus jaga jangan sampai ada katakanlah unsur-unsur yang mau memecah belah bangsa. Kita negara yang majemuk. Banyak suku, agama, ras. Semua masalah marilah selesaikan dengan sejuk, dengan damai,” terangnya. Sementara itu Presiden mengatakan, persoalan politik dan ekonomi juga termasuk yang dibicarakan.

”Tadi kami berbicara banyak hal terutama yang berkaitan dengan makro bangsa dan kebangsaan kita, juga makro yang berkaitan dengan politik kita, makro yang berkaitan dengan ekonomi kita. Beliau banyak sekali memberikan masukan-masukan dan pemerintah kita sangat menghargai apa yang tadi disampaikan oleh Pak Prabowo,” jelas Presiden.

Selain itu, dibahas juga mengenai sektor pertahanan dan keamanan negara. Terkait demo 4 November, Presiden mempersilakan sejumlah elemen masyarakat yang berencana menggelar unjuk rasa. Namun Presiden mengingatkan pengunjuk rasa tidak memaksakan kehendak dan tidak berbuat anarkistis. ”Demonstrasi adalah hak demokratis setiap warga. Silakan! Boleh saja mau demonstrasi.

Namun yang terpenting, jangan memaksakan kehendak atau merusak, anarkis. Ini yang tidak boleh.” Dalam kunjungan tersebut, Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Sebelumnya, saat menghadiri acara Hari Menabung Nasional di Jakarta Convention Center (JCC).

Presiden menegaskan, dirinya ada di Tanah Air. ”Tanggal 4 November, Presiden ada di Indonesia,” tegasnya. Menanggapi perbincangan di media sosial yang dikeluhkan sejumlah pihak, Presiden Jokowi mengatakan, berbicara di media sosial juga hak demokratis. Namun dia kembali mengingatkan, ada batas-batasnya, ada etikanya, ada sopan santun. ”Juga ada undang-undang yang mengatur itu. Hati-hati,” tuturnya.

Pertemuan antara Presiden dengan Prabowo Subianto dinilai pengamat politik yang Direktur Eksekutif Riset Indonesia, Toto Sugiarto sebagai langkah antisipasi sekaligus meredakan tensi. “Iklim politik DKI memanas sejak Ahok menyinggung Al Maidah ayat 51. Semua pihak harus menjadikan kekhawatiran Ketua DPR atas demo 4 November mendatang sebagai ‘warning’ untuk saling menjaga kondisi,” kata Toto kepada Suara Merdeka, kemarin. Langkah Jokowi menemui Prabowo adalah tepat.

Mengingat politikus Gerindra di DPR seperti Fadli Zon selama ini sering menyerang pemerintahan Jokowi. Fadli bahkan menyatakan akan ikut demo pada 4 November. ”Selain itu pertemuan ini juga dapat dilihat sebagai upaya Jokowi merangkul Prabowo untuk bersama-sama menjaga stabilitas politik demi kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara.

Dari pihak-piak yang ingin mengambil untung dari kerusuhan dan ketidakstabilan,” kata dia. Dalam pernyataan persnya, Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan, ada yang menarik di balik pertemuan Jokowi dengan Prabowo.

Lebih menarik adalah hal ini dilakukan di tengah gagalnya berbagai program yang dicanangkan pemerintah serta adanya rencana pemerintah yang akan kembali menambah utang sebesar Rp 20 triliun. Menurut Jajat, pertemuan kali ini semakin menunjukan sosok pak Prabowo sebagai tokoh penting di negara ini.

Larang Senjata Api

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan ketika demo 4 November mendatang, Kapolri Jenderal Tito Karnavian melarang anggotanya membawa senjata api. “Instruksi saya untuk pasukan yang berhadapan dengan demonstran tidak boleh membawa senjata, apalagi peluru tajam, ada tim dipersiapkan khusus untuk terjadi kontigensi,” ujar Tito di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Dia memerintahkan jajaran kepolisian untuk mematuhi SOP dalam penanganan aksi unjuk rasa, termasuk SOP penggunaan senjata api. Tito meminta Polri menjunjung tinggi aturan hukum yang berlaku. “Junjung tinggi kebenaran dan kemanusiaan. Semua aturan kita tegakkan bukan aturan adat, tapi aturan negara hukum yang berdasarkan pancasila,” ujarnya.

Untuk personel yang diterjunkan, Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menyebutkan ada 18 ribu personel gabungan Polri dan TNI. ”TNI ada 2 ribu personel, 16 ribu polisi,” kata dia di Mabes Polri. Boy menambahkan, semua titik diantisipasi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Termasuk, wilayah perbatasan Jakarta.

Dia juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa. Terkait ajakan Habib Rizieq Syihab agar seluruh siswa sekolah dan pegawai instansi, baik pemerintah maupun swasta, untuk libur dan turun ke jalan, mendapat rekasi dari Mendikbud Muhajdir Effendy. Mendikbud mengatakan, sekolah tetap masuk. Sementara itu, Ketua DPR Ade Komaruddin meminta semua pihak, termasuk elite politik menahan diri dalam menyikapi aksi demo 4 November mendatang.

Dia juga mengingatkan agar aksi tidak dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Terkait rencana Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang akan hadir dalam aksi tersebut, Akom kembali mengingatkan agar semua elite menahan diri. ”Termasuk berdua dan semua elite politik. Saya kira menahan diri harus dimulai dari para elite. Insya Allah yang lain akan ikut dengan baik,” katanya. (SM,dtc)

Subscribe to receive free email updates: