Suasana saat Diskusi bersama usai Nobar, bertempat Aula Asrama Dogiyai Yogyakarta. (Foto: Andre/KM) |
Yogyakarta, (KM)- Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Papua Barat yang ke 55, Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Katolik Papua (FKPMKP) melalui panitia natal 2016 bekerja sama dengan Ikatan Pelajar Mahasiswa Nabire Paniai Dogiyai Deiyai (Ipmanapandode) Yogyakarta-Solo pada (01/12/2016), bikin acara nonton bareng sekaligus diskusi tentang film sejarah Papua versi Presidum Dewan Papua (PDP).
Acara yang sedianya dibikin di Aula Asrama Dogiyai Yogyakarta pada pukul (18.00-21.15) tersebut dihadiri oleh puluhan mahasiswa Papua yang sedang belajar di kota Yogyakarta. Sebagian mahasiswa Papua tidak hadir sebab pada kesempatan tersebut mereka sedang di Jakarta, dan sebagian lagi karena situasi dan kondisi pada saat itu hujan.
Dalam kesempatan tersebut, peserta yang hadir diajak mengemukakan pendapat mereka terkait film yang ditonton. “Yang masih menjadi pertanyaan buat saya adalah, kenapa hingga sekarang dunia dalam hal ini Indonesia tidak mengakui status politik Papua yang sebenarnya dan tidak ajak berdialog.” Demikian kata Hendrik Kobepa, Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) Ipmanapandode Yogyakarta-Solo, mengawali diskusi.
Yang menjadi benang merah dari diskusi tersebut adalah apa dan bagaimana peran kita sebagai mahasiswa Papua untuk turut memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri (self determination).
“Pejuang karismatik seperti Alm. Dortheys Hiyo Eluay itu sekarang jarang didapat. Dia itu punya jiwa pejuang yang kental. Hari ini pejuang Papua merdeka banyak. Tapi hanya sedikit orang yang memang betul-betul militan dan karismatik seperti beliau (Theys Eluay, red). Filep Karma, misalnya termasuk,” kata Alfridus Dumupa.
“Yang menjadi musuh besar dan harus kita lawan sekarang itu bukan hanya dari segi sosial dan politik, tapi juga kapitalis global. Karena Indonesia sendiri itu selama ini berkedok kapitalis global di tanah Papua,” tambah salah seorang peserta diskusi yang lain.
Selain itu, Topilus B. Tebai, ketua FKPMKP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengimbuhkan, bahwa kita sebagai mahasiswa Papua harus juga bisa memenangkan hati teman-teman kita, terutama yang non Papua. “Hal ini supaya dengan begitu, mereka bisa memahami dan mendukung apa yang sedang kita perjuangkan,” katanya.
Kemudian, tambahnya, kita juga harus pandai-pandai menggunakan internet. “Di facebook kita bisa berbagi informasi ataupun foto-foto terkait pelanggaran HAM. Selain itu melalui blog, web dan sebagainya. Karena itu bisa menggalang atensi dan dukungan dari sesama kita dari luar Papua,” bebernya.
Pantauan media ini, terlihat dari Panitia Natal Ipamanapandode Yogyakarta-Solo dan FKPMKP DIY menggelar dagangan seperti jagung rebus, minuman kopi, rokok dan lain-lain. Semua itu untuk cari dana natal 2016 kedua organisasi. Acara Nobar dan Diskusi selesai pada pukul 10:30 WIB. (Admin/KM)