Portal Berita Internasional ~ Manila - Para menteri luar negeri Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) mengkritik Korea Utara karena melakukan uji coba nuklir dan uji coba rudal yang menyebabkan ketegangan.
Sikap tersebut mereka keluarkan dalam pertemuan ASEAN di Manila pada Jumat (28/04).
"ASEAN menyatakan kekhawatiran mendalam terkait dengan peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea, termasuk dua uji coba nuklir Korea Utara pada 2016 dan disusul dengan peluncuran rudal balistik," demikian pernyataan para menteri luar negeri ASEAN yang dikeluarkan sebelum pertemuan puncak 28-29 April.
ASEAN selanjutnya meminta pemerintah Korea Utara untuk mematuhi sanksi-sanksi PBB yang bertujuan untuk membatas program senjatanya.
Para menteri luar negeri ASEAN, dalam pertemuan kali ini, juga meminta pihak-pihak terkait untuk menahan diri.
Pyongyang telah menulis surat kepada ASEAN, yang beranggotakan 10 negara, untuk meminta dukungan dalam sengketanya dengan Amerika Serikat. Dalam surat tersebut, pemerintah Korea Utara memperingatkan kemungkinan adanya "holocaust nuklir".
"ASEAN menyadari bahwa instabilitas di Semenanjung Korea berdampak serius bagi kawasan dan luar kawasan," tambah pernyataan ASEAN.
'Sulit pimpin Korut di usia muda'
Ketegangan dipicu oleh uji coba nuklir dan rudal Korea Utara. Negara itu telah berjanji akan terus melakukan uji coba rudal dan uji coba nuklir.
Negara itu berkeinginan untuk menempatkan hulu ledak nuklir pada rudal balistik antarbenua yang dapat mencapai Amerika Serikat.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Korea Utara sebagai ancaman, tidak hanya bagi AS tetapi juga negara-negara tetangga di kawasan Asia.
Oleh sebab itu, Amerika Serikat mengerahkan sejumlah kapal tempur, termasuk kapal induk USS Carl Vinson dan kapal selam USS Michigan.
Sebelumnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump memuji Presiden China Xi Jinping atas tindakannya terhadap Korea Utara.
Dalam wawancara dengan kantor berita Reuters, Trump mengatakan dirinya ingin menyelesaikan krisis di Semenanjung Korea melalui jalur diplomasi tetapi kemungkinan itu "sulit" dilakukan.
Disebutkan pula bahwa "sangat sulit" bagi Kim Jong-un untuk memimpin Korea Utara di usia muda.