Tonny R dan Faldo Mahuse berpose bersama usai wawancara.(Foto: Soleman Itlay/KM) |
JAYAPURA, KABARMAPEGAA.COM--Belakangan ini, banyak anak-anak usia layak sekolah berkeliaran dimana-mana. Salah satunya di ibukota provinsi Papua, Jayapura. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena belum ada pihak yang dapat menyuarakan nasib mereka.
Anak-anak jalanan ini memepunyai alasan yang beragam. Ada yang putus sekolah, orang tuannya tidak mampu biayai sekolah, ada pula yang dipecat oleh guru di sekolah. Ada lagi karena pengaruh pergaulan dari teman. Sedih, pekerjaan mereka setiap hari hanya isap Aibon.
Anak-anak jalanan ini memepunyai alasan yang beragam. Ada yang putus sekolah, orang tuannya tidak mampu biayai sekolah, ada pula yang dipecat oleh guru di sekolah. Ada lagi karena pengaruh pergaulan dari teman. Sedih, pekerjaan mereka setiap hari hanya isap Aibon.
Mereka yang di jalanan ini tidak berasal dari satu daerah. Hampir berbagai daerah kumpul di beberapa tempat seperti terminal, pasar dan lain sebagainya. Salah satu tempat yang paling sering kumpul adalah Entrop, bersebelahan dengan pompa bensin (SPBU). Disinilah tempat yang paling sering mereka kumpul. Tapi juga ada tempat lainnya.
Pekerjaan mereka hari-hari jadi juru parkir dan bantu-bantu mas-mas non Papua yang punya tokoh dan usaha lain. Paling kurang, dalam satu hari bisa dapat 20-50 ribuh rupiah. Uang itu dipergunakan untuk beli makan dan Aibon. Kalau beli makan dan minum bisa habiskan 20-30 ribuh rupiah. Tapi kalau beli lem Aibon bisa bisa habiskan 15-30 ribuh rupiah.
Biasanya, kalau tidak sempat pulang ke rumah, tidur di depan ruko dan trotoar jalan. Bahkan bisa habiskan 1 sampai 3 minggu di jalanan. Hal ini diakui langsung oleh Tonny Rehiu dan Faldo Mahuse dihadapan kabarmapega pada Selasa (02/05/2017) lalu di Entrop Jayapura.
“Saya sekolah di SMP Negeri 9 Jayapura. Saya tidak sekolah, gara-gara isap Aibon. Saya isap Aibon karena bergaul dengan teman-teman. Teman-teman bilang saya isap Aibon jadi saya isap. Beli Aibon harga lima belas ribu, ada juga saya beli dengan harga tiga puluh ribuh”, kata Tonny Rehiu ketika diwawancarai oleh Kabarmapega.
“Uang biasanya dapat dari kaka-kaka, hasil parkiran dan juga dari mas-mas yang punya bengkel, tokoh dan yang punya usaha. Kaka dorang marah, tapi biasa isap sembunyi-sembunyi. Sudah satu bulan lebih saya isap Aibon. Sampai kadang lupa pergi ke sekolah. Kadang juga lupa pulang ke rumah. Kalo tidak sempat pulang tidur di pinggiran tokoh dan di trotoar jalan sini”, lanjut Tonny sambil menunjukkan tempat-tempat yang sering tidur.
Sementara Faldo Mahuse juga mengaku hal yang sama. Ia mengaku sering tidur di jalan dan depan ruko kalau lupa pulang ke rumah. Mahuse semenjak datang dari Merauke langsung bergabung dengan teman-teman jalanan. Ia tidak sekolah lantaran dikeluarkan oleh guru di sekolah di Merauke.
“Saya punya keinginan untuk sekolah. Tapi saya dikeluarkan dari sekolah karena ibu guru bilang, curi uang ibu guru punya di Merauke. Saya keluar sekolah dari SD kelas 3 di Merauke. Saya datang ke Jayapura sama-sama dengan mama. Tinggal di Abe, lingkaran tapi datang ke entrop gabung dengan teman-teman”, ujar Faldo dalam keadaan tidak sadar.
Lanjut dia, Mama biasa marah juga kalau isap Aibon. Tapi saya biasa sembunyi-sembunyi isap. Saya dengan teman-teman biasa dapat uang dari hasil parkiran. Kalau tidak dapat kasih dari mas-mas Jawa dorang yang punya usaha.
"Kadang beli Aibon dari situ. Kalau lapar juga biasa beli makan dari uang itu. Kalau lupa pulang ke rumah. Saya sama teman-teman lain biasa tidur di depan toko dan ruko di sekitar sini," ujar Mahuse kepada kabarmapega.
Liputor: Soleman Itlay
Editor : Manfred