Didu panggilan akrab Direktur Mi6 ini, mengatakan melihat bahwa saat ini adalah masa transisi kepemimpinan antara golongan tua dan orang muda. Keterlibatan orang orang tua dalam proses politik di NTB hendaknya hanya katalisator dan sebagai dinamisator politik yang baik. Karena itu, momentum Pilkada ini, merupakan "test case" untuk membentuk karakter kepemimpinan kaum muda saat diberi kepercayaan mengelola dinamika politik di daerah ini.
"Saat ini telah muncul figur figur muda potensial di NTB yang memiliki masa depan politik yg baik yg tersebar diberbagai profesi dan partai," katanya.
"Tut wuri handayani saja, kalau ada anak muda yang tidak taat fatsun, baru disemprit dan diarahkan ke jalur yg benar," tambahnya lagi.
Didu menyakini dengan makin masivnya keterlibatan kaum muda dari beragam strata sosial dan afiliasi politik yang berbeda akan memperkuat identitas ke NTB an yang plural, setara dan anti diskriminasi. "Bagaimanapun juga kaum muda memiliki energi, pandangan dan pikiran yang lebih maju dan tidak ingin melihat status quo yang membosankan itu," jelasnya.
Sekretaris Mi6, Lalu Athari Fadlulah, menambahkan ini salah satu potensi SDM yang dimiliki NTB yang bisa dijadikan aset dalam memajukan pembangunan daerah. Karenanya, dalam konstestasi Pilkada serentak NTB, lanjut Athar, telah nampak perpaduan komposisi pasangan tua muda yang telah di publikasi."Ini tradisi politik yang baik supaya tidak ada dikotomi antara tua dan muda," tegasnya.
Siapapun nanti pemenangnya dalam Pilkada 2018, sambung Athar akan terlihat dengan jelas figur figur pemimpin NTB yang disenangi dan dipilih oleh kaum muda. "Hal ini bisa jadi pemilih muda menginginkan suasana yang baru dalam memimpin didaerah," tandas Athar. 01