Gereja Memperjuangkan Hak Asasi Manusia, Martabat (Integritas) Manusia, Kesamaan Derajat dan Kemerdekaan Manusia (Freedom/Liberatiaon)

Foto: Dok. Socrates S. Y/KM
Oleh: Socratez Sofyan Yoman

ARTIKEL, KABARMAPEGAA.Com - Keberadaan Gereja di muka bumi dari dahulu sampai sekarang dan terus menerus melaksanakan Amanat Salib Yesus Kritus. Salib menyatakan bahwa menghormati hak asasi manusia sebagai makluk mulia dan unik yang diciptakan Tuhan. Menghormati dan memproteksi martabat manusia. Mengangkat dan menghargai persamaan derajat sebagai manusia. Membebaskan manusia dari penindasan, pemenjarahan, penyiksaan, pembodohan. Ini semua mutlak dilakukan oleh Gereja Tuhan di muka bumi ini tanpa kompromi. Gereja mempunyai fungsi, peran, tugas dan tanggungjawab melalukan perlindungan (proteksi) semua umat manusia tanpa memandang status social, kedudukan, pangkat, pandangan politik dan ideology Papua. Karena semua orang mempunyai hak untuk mendapat perlindungan, pengayoman dan penghormatan. Ahli psikologi ternama, William James menyatakan “prinsip yang paling besar dalam sifat manusia adalah mendambakan penghargaan, penghormatan”. Sedangkan Jhon C. Maxwell, menyatkan “Jika orang menghormati dan menghargai seseorang sebagai individu, mereka mengaguminya. Jika mereka menghormatinya sebagai sahabat, mereka mengasihinya. Jika mereka menghormati dan menghargainya sebagai pemimpin, mereka akan mengikutinya”.

Setiap suku, ras, etnis di setiap benua dan pulau merupakan kelompok komonitas yang memiliki asal-usul leluhur, secara turun temurun mendiami dengan letak wilayah geografis yang memiliki system nilai, ideology, ekonomi, politik, budaya, social dan bahasa tersendiri, itu semua di hormati oleh Gereja.

Suhendra dalam pergerakan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda pernah mengatakan, “harga manusia Indonesia menjadi terlalu murah di mata penjajah Belanda”. Ini kita tempatkan dalam konteks Papua, harga manusia Papua menjadi terlalu murah di mata orang Indonesia.

Gereja tidak bias membiarkan harga diri dan kehormatan manusia di injak-injak penguasa.

Betapupun kesukaran hidup dan penindasan yang dialami orang Papua tetap memiliki kehormatan sebagai manusia. Orang Papua harus menghormati hak-hak asasi dan martabat tanpa memandang mereka kawan atau lawan. Tak ada yang harus disesali. Karena orang Papua sedang dan terus membela kehormatan. Pdt. Dr. Marthen Luther King Jr, pernah menyatakan, dalam pidato pada muim panas tahun 1963, sejumlah besar orang kulit hitam dan putih berbaris secara damai mmenuju Washington. “Aku memiliki sebuah impian,” katanya: “suatua hari nanti, keempat anakKu akan hidup di sebuah Negara dimana mereka dinilai bukan dari warna kulitnya, tetapi dari kepribadian mereka dan Watak mereka…”

“Zaman akan berubah dan terus berubah. Peta politik Indonesia yang sekarang adalah peta politik yang sedang dan teru berubah. Bagi bangsa tertindas sesudah berabad-abab berada dalam penjajahan, akhirnya mampu menyerap kecerdasan, pengetahuan dan ketrampilan yang dulu hanya dimiliki bangsa kulit putih. Cpat atau lambat, masa keemasan tanah-tanah jajahan akan berakhir. Bgaimana pun bodoh, terbelakang, termiskin, tertinggal dan primitifnya suatu bangsa, mereka akan tumbuh, berkembang dan memiliki naluri mempertahankan hidup”. Sebagaimana Firman Tuhan menyatakan,” Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan Kamu, ketika Kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak yang bijak, tidak banyak yang berpengaruh, tidak banyak yang terpandang.

Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan hina bagi dunia, dipilih Allah bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapunyang memegahkan diri di hadapan Allah” (Korintus 1:26-29).

Pdt. Dr. Marthen Luther king Jr, seorang Pendeta Bapti tampil dan berjuang untuk membebaskan kulit hitam dari diskriminasi rasial di Amerika Serikat. Di India Mahadma Gandhi tetap melakukan puasa untuk melawan penindasan dan penjajahan. Ketika seluruh dunia berpacu meningkatkan pertahanan dengan senjata, Gandhi justru kembali menggumuli perlawanan tanpa senjata, tanpa peperangan. Mahadma Gandhi, seorang beragama Budha yang mendapat inspirasi adari ajaran Yesus Kristus dan jadikan kuasa Injil sebagai pedoman dan pandangan hidupNya dan berjuang secara damai membebaskan India dari Kolonialisme dan penindasan kulit putih di India. Nelson Mandela yang di penjarakan selama 25 tahun menyuarakan kebebasan , keadilan, perdamaian dan hak asasi manusia dan membebaskan Afrika Selatan dri penindasan raialis dari kulit putih. Ini semua terinspirasi karena Injil Kristus. (FP/KM)

Sumber : BUKU PEMUSNAHAN ETNIS MELANESIA: MEMECAH KEBISUAN SEJARAH KEKERASAN DI PAPUA BARAT
(Bab. I, Hal: 36-38)

Subscribe to receive free email updates: