H.M.Suhardi meninggal diusia ke 57 akibat inveksi tenggorokan. Mantan Kepala Bagian Humas dan Kepala Badan Kesbangpoldagri itu menghembuskan nafasnya di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB pada Sabtu dini hari sekitar jam 04.00 wita. Dia dimakamkan pemakaman keluarga Dasan Gres Lombok Barat. Sebelumnya dia sempat dirawat di Rumah Sakit Sanglah Denpasar Bali beberapa hari sampai kemudian dikembalikan ke RSUP. Beberapa hari di RSUP ajal menjemputnya.
Selain karirnya meroket di pemerintahan, dia merupakan pimpinan redaksi Praya Post dan Pimred Nurani Rakyat. Kiprahnya di dunia jurnalistik tak diragukan lagi. Selain telah menelurkan generasi penerusnya dibidang jurnalistik, Pria kelahiran Dasan Gres Lombok Barat itu juga merupakan sosok pria yang tegas lugas dan tak kenal kompromi terhadap kasus kasus korupsi ataupun kasus ketidak adilan yang menimpa masyarakat. Sikapnya yang tegas dan keras membuat anak buahnya segan melakukan pelanggaran kode etik termasuk juga kesalahan pada penulisan berita. Sikapnya memang emosional, meledak ledak jika ada kesalahan sedikitpun yang dialami oleh anak buahnya namun itu tak berlangsung lama. Dalam waktu singkat dia kembali seperti biasa seolah olah tak pernah terjadi apa apa hal itulah yang selalu dikenang oleh wartawan. Hal itu juga dirasakan oleh mantan anak buahnya di Birokrat baik itu di Bagian Humas Setda Loteng, Bagian Humas DPRD Lombok Tengah maupun saat menjadi Kepala badan Kesbangpoldagri.
Almarhum dimata saya selaku mitra kerjanya termasuk juga pengakuan beberapa orang mantan anak buahnya merupakan sosok panutan. Keinginan untuk menjadikan anak buahnya menjadi wartawan profesional dan berkarakter sangat tinggi makanya tidak segan segan dia menggebrak meja ataupun menumpahkan kemarahannya secara langsung kepada wartawannya. Hal itu dilakukan tidak lain adalah untuk memberikan pemahaman kepada wartawannya agar dalam menulis berita harus memenuhi kaidah kaidah jurnalistik yang baik dan benar dengan tetap mengedepankan dan memegang tenguh kode etik jurnalistik tersebut.
Suka duka menjadi wartawan sekitar tahun 1990 an diceritakan penuh arti. Di zaman itu tak dikenal dengan istilah IT. Tak ada internet seperti sekarang ini dimana wartawan dalam sedetik sudah bisa mengirim berita ataupun mengupload berita ke koran ataupun ke media portal. Yang ada hanya mesin tik dan mesin faximile. Tidak jarang katanya dia harus menulis berita dengan tulisan tangan lalu dikirim via faximile. Wartawanpun saat itu tak sebanyak sekarang, hanya beberapa gelintir orang saja maklum saat itu industri media sangat terbatas. Hanya beberapa media lokal dan nasional yang terbit kala itu. Maklum saat itu masa orba dimana industri media sangat ketat kendati demikian masa sulit itu dijalankannya dengan enjoy.
Kritika kritikan yang disampaikan melalui tulisannya kepada pemerintah daerah maupun provinsi cukup menyengat. Hal itu yang membuat dirinya cukup disegani oleh kalangan birokrat mesikpun dirinya juga termasuk orang birokrat. Bahkan kritikan pedas tidak saja dilakukan melalui tulisan tulisan di koran akan tetapi kritikan acap kali dilakukan secara langsung dan blak blakan.
Dimata keluarga dan sahabatnya, Almarhum merupakan sosok panutan bagi keluarga. Dia adalah sosok bapak pekerja keras dan bertanggungjawab kepada dua orang anak dan seorang istri.
Kini sosok pria yang tegas, lugas dan keras itu telah pergi meninggalkan kita semua untuk selamanya. tidak ada lagi kita mendengar suaranya yang lantang, tidak terdengar lagi tawa lepasnya, tidak lagi terlihat dan terdengar krtikan pedasnya, yang tersisa adalah coretan coretan tinta pena pada lembaran bloknote ataupun karya karya jurnalistik yang sudah banyak dibaca dan dilihat oleh masyarakat NTB umumnya dan Lombok Tengah pada umumnya. Selamat jalan bapak pers Lombok Tengah, selamat jalan saudara, sahabat sekaligus teman bagi semua. Semoga amal ibadahmu diterima disisi Allah SWT. Kami berjanji untuk terus berjuang dan meneruskan cita citamu menjadikan insan pers di Lombok Tengah yang profesional, bermartabat.xx