Cerita itu disampaikan duta gowes HBK Wing Sentot. Saat itu Wing menyodorkan kartu nama HBK.
"Apa ini" Ujarnya menerima kartu nama yang kusodorkan pedagang ikan bakar yang mangkal di sepanjang Nipah - Senggigi pagi itu.
"O, Haji Bambang. Kenal saya!" Kata.
Lalu ia menceritakan. kepedulian HBK saat gempa di Lombok Utara. Artinya, kartu nama kusodorkan pada orang tepat di saat yang tepat pula.
Disebelah warungnya seorang laki-laki sedang memperbaiki sepeda motor kusodorkan juga kartu nama HBK.
"Ini yang mestinya kita pilih!"
Dua orang layak aku apresiasi. Paling tidak animo masyarakat memilih calon karena orang bukan partai.
Di hari sebelumnya beberapa pasangan muda-mudi di pantai juga aku sodori kartu nama HBK.
"Petik hikmahnya!"
Kataku sembari menyodorkan kartu nama HBK.
Pasangan muda-mudi itu tersenyum. Seperti senyum wajah HBK di kartu namanya.
Seorang tukang bangunan melihat aku datang bersepeda dan mengenakan kaos Prabowo dan HBK sontak menegurku.
:"Kaosnya keren! Ada lainnya?"
"Mau?"
"Maulah!"
Jawabnya penuh semangat. Lalu kuberikan kaos itu dan kartu nama HBK.
Apa yang bisa kita apresiasi dari pembelajaran politik masyarakat kelas di Indonesia? Karena tak kenal maka tak sayang.
"Wow Prabowo, ne!"
Sergah beberapa orang yg melihat bendera di sepedaku.
"Gerindra! Mantap!"
Seloroh lainnya.
"Wueh partisipannya Gerindra!"
Ujar lainnya.
Bersungguh-sungguh pemilih adalah mengapresiasi bersungut-sungutnya daya hidup.
Karena jalur menuju Pemenang dari Senggigi naik turun, untuk stabil dan nyaman mengayuh sepeda di perlukan apresiasi lebih.