Temuan-temuan diantaranya terkait profesional dosen dan institusional. Hal yang terkait dengan profesional dosen seperti pemahaman dosen tentang pendidikan inklusi, persepsi dosen tentang guru ideal, kemampuan memasukkan prinsip pendidikan inklusi dalam perkuliahan, peningkatan kualitas dan kuantitas publikasi terkait pendidikan inklusi.
Sedangkan temuan terkait institusional adalah perlunya pengembangan mata kuliah pendidikan inklusi, layanan belajar bagi mahasiswa disabilitas, penyediaan sarana pendukung bagi mahasiswa disabilitas, peningkatan kualitas koordinasi antara program studi (prodi), jurusan dan fakultas serta kerja sama dengan sekolah mitra. Temuan-temuan ini dipaparkan oleh Lalu Hamdian selaku Program Manager dari pelaksanaan program ini.
Sebagai informasi lokakarya pertama telah berlangsung pada hari Rabu (7/8) 2019 sebagai bentuk kemitraan antara INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) dengan UNRAM dan Dinas Pendidikan Lombok Tengah. Sebagai tindak lanjut dari hasil lokakarya pertama, UNRAM melalui PGSD sudah mendorong mahasiswa dan para akademisi di bawah naungan PGSD IKIP UNRAM untuk memasukkan tema pendidikan inklusi dalam penelitian-penelitian.
Hal ini dilakukan untuk semakin mengintensifkan pengarusutamaan pendidikan inklusi ke dalam kurikulum PGSD dan pada akhirnya mempromosikan pentingnya pendidikan inklusi untuk menjadi ciri khas FKIP UNRAM. “Ini juga menjadi kelanjutan kegiatan kita sebelumnya. Di kurikulum di PGSD sudah ada pendidikan inklusi dimana kuliahnya dasar-dasar tentang anak berkebutuhan khusus. Kemudian yang bisa kita lebih tindak lanjuti nanti adalah penelitian,“ kata Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Ida Ermiana, M.Pd ketika membuka lokakarya kedua ini.
“Sayang sekali kalau UNRAM menjalankan sekedar project. Tidak kalah penting adalah KKN yang ada penguatan khusus tentang inklusi. Untuk penelitian dan pengabdian sifatnya insidentil kenapa tidak dibuat konten inklusi ke masing-masing kelompok bidang ilmu yang menuju pada penelitian-penelitian yang memiliki konten pendidikan inklusi. Kurikulum juga bisa perlahan berubah,” harap Edy Herianto, PM INOVASI Nusa Tenggara Barat dalam arahannya.
Setelah melalui proses pemilihan fasilitator daerah (Fasda), terpilih delapan orang Fasda yang akan mendampingi proses pelaksanaan program ini. Pada Kamis (29/8) di Kantor INOVASI Lombok Tengah, terselenggara pembekalan Fasda untuk dapat mendampingi peserta pelatihan dari program ini yang dilaksanakan melalui wadah KKG (Kelompok Kerja Guru). Dalam kesempatan ini, dipaparkan poin-poin penting untuk yang perlu diperhatikan para fasda dalam proses pelatihan dan pendampingan karena pada dasarnya Fasda adalah ujung tombak perubahan. Dengan demikian diharapkan para Fasda perlu memiliki keterampilan berkomunikasi dan mengutamakan kerjasama. Selain itu perlunya memahami konten program. Direncanakan, pelatihan kepada para guru dan kepala sekolah melalui wadah KKG akan dilaksanakan pada Sabtu (31/8) di UPTD Batukliang dan Kopang.