Mengkhawatirkan, Baru Awal Kemarau, Mata Air Menyusut Drastis, Hematlah..!

 Lombok Tengah, sasambonews.com- Kemarau adalah kata yang amat menakutkan ditelinga masyarakat, lantaran pada musim ini sumber sumber mata air mulai menyusut bahkan mengering, tanah mulai menganga kehausan sementara ilalang mati dan pepohonan mulai tak berdaun. Kondisi ini diperparah lagi dengan sulitnya air bersih ke rumah rumah penduduk baik air sumur maupun air bersih dari pipa PDAM.

Di mana mana konsumen ataupun masyarakat pelanggan 53.200 ribu, lebih berteriak akibat distribusi air mulai tersendat. Tidak hanya sekedar tersendat saja bahkan ada yang total tidak bisa terlayani air bersih. Kondisi ini membuat pihak PDAM Kabupaten Lombok Tengah ketar ketir sebab pelayanan harus tetap diberikan meskipun tidak normal.

Untuk membuktikan bahwa sumber mata air mulai menyusut, jajaran direksi yakni DIrektur Umum PDAM Tirta Ardhia Rinjani Kabupaten Lombok Tengah H.Nursahim SH mengajak wartawan untuk sekedar membuktikan bahwa kondisi itu memang benar adanya dengan harapan masyarakat dapat memakluminya.

Jarak tempuh dari Kota Praya menuju satu lokasi sumber mata air rata rata berkisar antara 35 sampai 50 kilo dari pusat Kota. Jalan yang dilalui juga tidaklah smulus yang dibayangkan, harus melalui jalan setapak dan terjal serta menurun dengan tingkat kecuraman yang membahayakan bagi keselamatan pejalan kaki. Pertama rombongan menuju Desa Aik Bukak Kecamatan Batukliang Utara. Ditempat ini terdapat satu sumber mata air yang selama ini digunakan oleh konsumen di wilayah Batukliang, Kopang, Janapria dan sebagian kecamatan lain yakni Aik Bone. Lokasinya memang tak terlalu jauh sebab bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. DItempat ini kapasitas debit normalnya adalah 70 liter perdetik, namun sekarang sudah menurun drastis sekitar 35 liter perdetik sehingga tersisa hanya 35 liter perdetik saja dan diperkirakan debit akan terus menurun seiring dengan berjalannya musim kemarau ini sampai pada akhir puncak kemarau pada september 2019 mendatang. “Ini baru awal musim kemarau, belum pada puncaknya nanti” kata Sahim.
Hal yang sama diungkapkan Direktur Tekhnik PDAM Sukemi Adiantara SH. Menurutnya rata rata penurunan sumber mata air berkisar antara 25-35 liter kubik. Sementara pihaknya belum memiliki solusi antisipatif untuk mengantisipasi jika terjadi penurunan debit. “Kita tidak ada solusi untuk mencari sumber lain,s ebab sangat sulit, hanya kita oftimalkan pelayanan saja dengan cara digilir” kata Sukemi.

Dia mengatakan di sumber mata air Aik Bone sendiri kapasitas pasangnya 70 liter pedertik dan sudah menyusut sampai 45 liter pedetik. Mata air ini melayani Kecamatan, Batukliang, Kopang dan Janapria sebagian. Ditempat ini Bak Penampungan yang semula penuh menyusut dua tangga dan jika dihitung diperkirakan 25 liter pedetik yang menghilang. Kemudian sumber mata air Tibu Nangklok Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara. Ditempat ini ada tiga Outlet pelayanan yakni Tibungangklok satu dengan kapasitas terpasang 50 liter perdetik yang melayani Kecamatan Kopang dan Janapria. Tibunangklok dua atau outlet dua kapasitas terpasang sebesar 110 liter perdetik ke wilayah batukliang, Praya, Jonggat, Praya Barat. Dan Outlet yang ketiga adalah untuk mensuplai sumber mata air Tiwu Lempanas, yang mengarah ke Praya Tengah. “Kalau kondisi norma juga bisa melayani Kecamatan Pratim dan Kecamatan Pujut” jelasnya. 

Selanjutnya kata Kemi, sumber mata air Sesere Ds Aik Brik Kecamatan Batukliang Utara kapasitas terpasangnya sekitar 200 liter pedetik sementara yang dimanfaatkan 80  liter perdetik. Untuk wilayah distribusi BKU, Janapria, Pratim, dan sebagian Kopang. Sumber mata air Benang Stokel 60 liter perdetik kapasitas terpasang untuk suplai wilayah Batukliang dan Pringgarata  “Saat ini hanya tersisa 45 liter pedetik saja” ungkapnya. 
Selanjutnya Dam Batujai 141 liter per detik pada kondisi maksimal, namun sekarang turun menjadi 40 liter perdetik untuk melayani Praya Barat, Praya Barat Daya dan Pujut.”Pada musim kering dan satu pemanfaatan untuk pertanian mengakibatkan distribusi ke konsumen juga menjadi tersendat sendat” ujarnya.

Jika ditotal rata rata penurunan seluruh sumber mata air diperkirakan dari  25 sampai 35 %. Menurunya debit mata air disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor alam seperti ilegal loging dan juga faktor gempa bumi yang menutup rembesan air melalui celah celah bebatuan ataupun akar pohon.  “Sekali gempa berapa sumber kita tertutup seperti halnya di Nyeredep dimana sumber kita tidak bisa digunakan sama sekali karena airnya tiba tiba menghilang, jadi sumbernya tertutup akibat gempa” jelasnya.

Menurutnya pada posisi puncak kemarau September nanti, debit air  bisa sampai 50 liter perdetik penyusutannya jika sudah demikian maka wajib ada sistim gilir termasuk wilayah yang selama musim hujan terlayani dengan normal. “Kalau sudah 50 % penyusutannya maka wajib kita gilir total saat itu” ujarnya. 

 Untuk itu pihaknya terus mensiasati agar bagaimana pelayanan tetap berjalan meskipun nanti akan digilir. “Kita siasati agar pukul rata untuk yang terdampak besar. Kita sedang susun DED untuk maksimalkan Tiwu Lempanas. Kita sedang kajian teknis utk evaluasi untuk sumber mata air tingkat kualitasnya” jelasnya.

Dia menghimbau kepada pelanggan untuk mulai berhemat dengan cara mematikan kran air dan tidak membiarkan adanya kebocoran serta memanffaatkan air seperlunya saja. Amril




Subscribe to receive free email updates: