Sebelum melakukan penertiban, Tim gabungan terlebih dahulu melaksanakan apel gabungan di Lapangan Apel Angkasa Pura. Usai apel, tim langsung bergerak menuju lokasi dimana pedagang menggelar lapak lapaknya.
Pedagang tidak bisa berbuat banyak atas penertiban itu merobohkan lapak lapak milik masyarakat.
Para PKL protes karena lahan untuk mencari nafkah selama ini hilang untuk itu belasan orang pedagang yang rata rata adalah ibu ibu mendatangi kantor Administrator Angkasa Pura. Mereka ditemui GM Angkasa Pura I Lombok Internasional Air Port Ngurah Jati di ruang rapat Mandalika Angkasa Pura I Lombok International Airport.
Inaq Badi koordinator PKL di LIA mempertanyakan alasan penertiban termasuk kemana mereka di relokasi.
" Saya sebagai kordinator akan menyampaikan tuntutan para pedagang bandara, saya bertanya ini pak bagaimana tata cara bagaimana Penertiban pedagang, terus tempat untuk kami berdagang atau lapak-lapak untuk kita itu dimana untuk kita mencari uang pak"tanyanya.
Selanjutnya Mamik Vian berharap agar penataan dilakukan dengan bijaksana agar tidak terjadi bentrokan dengan para pedagang. " Bagaimana cara nya untuk menata kami agar tidak bentrok antar pedagang dengan pedagang, maka dari situ ibu- ibu ini berinisiatif maju agar apa, agar sama- sama mencari rezeki. Dan biar kita tetap berdagang di bandara" pintanya.
Sementara Inaq Yoga meminta kepada pihak Angkasa Pura untuk tidak membiarkan pedagang baru berjualan di kawasan itu. "saya mohon sama bapak untuk membatasi orang yang berjualan di bandara, dan tidak ada penambahan pedagang pak" katanya .
Sementara itu Ngurah Jati mengatakan dirinya menghargai apa yang disampaikan oleh para perwakilan massa. "Begini ya bapak, ibu, permasalahan ini harus butuh proses semua, tapi bapak dan ibu sendiri yang memperlambat pembangunannya" tegasnya.
Kedepan pihak AP akan membuat jasa koperasi agar bisa membantu para pedagang dari sisi permodalan. Penataan ini dilakukan agar tidak mengganggu para penumpang bandara. "Persoalan ini harus butuh proses pak buk, kalo bapak dan ibu meminta sekarang di proses saya jawab tidak bisa karena ini butuh proses, dan ini harus dengan musyarawah, Saya jamin tahun depan kalo sudah ada pembangunan saya atur semua" ujarnya.
Selama ini keberadaan pedagang sangat mengganggu. Dimana mana sampah berserakan, pedagang seenaknya kelar tikar untuk berjualan padahal itu kawasan yang dilarang. "untuk pengunjung yang bawa bekal- bekal seperti makan dan termos kita tidak diperbolehkan bahkan kita suruh untuk makan di mobil atau ke pedagang saja, saya dibantu dengan rekan-rekan AP I LIA akan menata bandara dan saya meminta kerjasama kepada para pedagang bapak dan ibu untuk mengikuti dulu pak dan ibu aturan kami" ungkapnya.
Yang pasti, kata Ngurah, tidak ada penambahan outlet bagi pedagang lagi. "Ini penekanan bagi bapak dan ibu tidak ada tambahan bangunan lagi, tidak ada kandang, untuk toilet gratis, tidak ada tambahan bangunan lagi, tidak ada orang yang punya dua lapak" ujarnya.
Setelah mendengar penjelasan GM.AP masyarakat kemudian membubarkan diri dengan tertib. Lth02