Lombok Tengah Berpartisipasi Pada Temu INOVASI Dalam Rangka Meningkatkan Pendidikan Inklusif

Mataram, SN - Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan  dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama program kemitraan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) kembali menggelar forum Temu INOVASI yang diselenggarakan dalam semangat memperingati Hari Disabilitas Internasional (3 Desember) sekaligus Hari Guru Nasional (25 November). Mengusung tema “Pendidikan Inklusif dan Pembelajaran Literasi
Dasar yang Berkualitas”, forum diskusi pendidikan ini menyajikan perspektif nasional dan daerah terkait pendidikan inklusif di Indonesia, dan upaya meningkatkan kemampuan literasi
siswa sekolah dasar.

Hadir sebagai narasumber adalah guru dan tenaga kependidikan, LSM lokal, LPTK, serta unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang pendidikan dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT); di tingkat pusat perwakilan Kemendikbud yaitu Direktur Pembinaan Sekolah Dasar - Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus - Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, dan juga Program TASS. Selain itu, Pusat Penelitan Kebijakan (Puslitjak) Balitbang Kemendikbud menyampaikan studi terkait pendidikan inklusif di Indonesia.

Mewakili Nusa Tenggara Barat, hadir nara sumber yaitu Kepala Dinas Pendidikan Lombok Tengah, H. Sumum, S.Pd, SH, M.Pd; Akademisi dari Universitas Mataram, Lalu Hamdian M.Pd; dan Guru SDN Peresak Bebuak, Ari Karnia, S.Pd. Melalui program INOVASI, pemerintah Indonesia dan Australia menjalin kemitraan untuk lebih
memahami dan mengatasi tantangan belajar di kelas-kelas awal pendidikan dasar. Fokusnya adalah dalam hal kualitas pembelajaran literasi dan numerasi kelas awal, serta pendidikan inklusif. Salah satu upaya untuk atasi tantangan pendidikan yang terus dilakukan oleh INOVASI adalah menggali cara-cara terbaik di daerah, solusi lokal yang penerapannya dapat
memperkuat kualitas pengajaran dan pembelajaran di kelas.

Di Lombok Tengah, melalui program rintisan Pendidikan Inklusif – Disabilitas, INOVASI membekali guru dengan kemampuan mengidentifikasi kesulitan fungsional dan kebutuhan siswa penyandang disabilitas untuk berpartisipasi penuh dalam proses belajar hingga bisamemaksimalkan potensi mereka. Seluruh tenaga kependidikan dan segenap pemangku kepentingan di Lombok Tengah, NTB memandang pendidikan inklusif sebagai sesuatu yang sangat penting, dan upaya meningkatkan kualitas pendidikan di suatu daerah bisa dilakukan
bersama-sama. Hal ini demi masa depan yang lebih baik bagi semua anak, tanpa terkecuali. “Kami merasa sendiri sebelum (bekerjasama dengan) INOVASI. Begitu INOVASI datang kami punya teman. Keberadaan INOVASI mem-back up kami melalui program pendekatan yang
tadinya mungkin kami sekedar memberi kesempatan. Tetapi INOVASI dengan kelihaian, kemampuannya, dengan tim yang solid, pendekatannya lebih ilmiah lagi, melalui proses yang sedemikian rupa sehingga menyentuh langsung. Ini yang kami rasakan dengan kehadiran
INOVASI. Kami tidak sendiri lagi. Kami sadar INOVASI ini kan punya batas sehingga kami harus mempersiapkan itu. Pada posisi sekarang ini seperti yang diharapkan Pak Menteri bahwa ada guru penggerak. Kami pada proses merekrut dan menetapkan Peraturan Bupati,
tidak pada satuan pendidikan tetapi pada gugus. Guru penggerak ini yang selama ini disebut guru inti sudah ditetapkan oleh Bupati dan diperkaya oleh fasda yang sudah dilatih oleh INOVASI,” ucap Sumum ketika ditanya moderator talkshow mengenai pendapatnya tentang
kolaborasi yang telah terjalin selama ini dengan INOVASI.

Melalui kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, terutama dengan Dinas Pendidikan, INOVASI melaksanakan program peningkatan kualitas pembelajaran untuk
pendidikan inklusif. Tahun 2019 ini, INOVASI bermitra dengan FKIP UNRAM (UniversitasMataram) melatih para guru di 14 institusi pendidikan tentang konten pendidikan inklusif yang  berguna mendukung siswa dengan kesulitan fungsional untuk mampu mengikuti proses
pembelajaran. Tercatat 62 guru dan kepala sekolah telah mengikuti 5 unit pelatihan modul pendidikan inklusif.

Melalui program ini, Ari yang telah mengajar selama 4 tahun terpilih menjadi fasilitator daerah  (Fasda) setelah melalui proses rekrutmen yang ketat dan bertugas untuk mendampingi guru- guru mitra program.

Menurut pengakuannya, banyak ilmu yang didapatkannya ketika mengikuti program ini yaitu mengenal PBS-Profil Belajar Siswa (biodata siswa dengan kesulitan fungsional dan cara  penanganannya), mengetahui cara mengisi PBS, membuat RPP Adaptasi (Rencana  Pelaksanaan Pembelajaran khusus siswa dengan kebutuhan fungsional), dan membuat media yang sesuai kebutuhan siswa dengan kesulitan fungsional.

Ari juga mendesain kelasnya dengan pojok baca untuk meningkatkan minat baca siswa dan lingkungan kelas yang nyaman bagi siswa untuk betah belajar di kelas. Di dinding kelasnya terdapat tempelan-tempelan hasil karya siswa seperti gambar atau lukisan. Ada tempat khusus untuk meletakkan tas murid sehingga mereka lebih lega duduk di meja masing-
masing. Pengaturan tempat duduk juga dibuat sedemikian rupa sehingga alur diskusi dan ruang gerak siswa dalam belajar terjalin dengan baik. Di salah satu pojok ruangan kelas, Ari menata buku-buku Serial Si Bintang, buku bacaan yang didesain oleh Forum Lingkar Pena,
organisasi yang mengimplementasikan program kemitraan (Partnership) INOVASI di Lombok Tengah. Pojok baca ini sering dikunjungi siswa ketika jam istirahat dan buku Serial Si Bintang menjadi bacaan favorit.

Dalam kesempatan Forum Temu INOVASI ini, Ari menyampaikan harapannya di hadapan para peserta terkait peningkatan mutu pendidikan inklusif, khususnya di Lombok Tengah.
“Harapan saya salah satunya adalah yang pertama dari segi infrastruktur di sekolah. Sekolah saya memang sudah diSK-kan jadi sekolah inklusi sejak 2012. Jadi yang kami harapkan selain dari peningkatan mutu pendidiknya adalah infrastruktur yang memadai, yang sesuai dengan
kebutuhan anak-anak tersebut. Walaupun di sekolah kami tidak memiliki misalnya anak yang tuna daksa atau kesulitan motorik artinya bangunan tidak perlu ada modifikasi. Tetapi nanti ke depannya kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi anak-anak yang masuk ke sekolah kami. Yang kedua tentunya yang sangat penting adalah tenaga pendidik khusus bagi siswa-
siswa yang memiliki kesulitan fungsional. Jadi sejauh pengalaman saya sebagai fasilitator guru-guru memang keluhannya seperti itu. Mereka mengatakan bagaimana kami mengajar siswa-siswa yang memiliki kebutuhan khusus sedangkan mengajar siswa yang biasa atau non-ABK saja sudah luar biasa atau sangat berat. Para guru memang menginginkan guru
khusus yang akan nanti mendampingi siswa-siswa berkebutuhan khusus tersebut supaya nanti hasil yang kita rencanakan dapat maksimal,” tutur Ari pada sesi pertama talkshow Diskusi Pendidikan Temu INOVASI.

Di berbagai kesempatan Kepala Balitbang Kemendikbud, Totok Suprayitno, menggarisbawahi bahwa wujud nyata dari pelaksanaan program INOVASI nantinya akan tampak dalam proses belajar mengajar di kelas, bukan dalam bentuk mendikte, namun lebih dengan menggali
potensi lokal sehingga dapat menemukan pola pengajaran yang cocok bagi anak. Dalam pelaksanaannya, INOVASI menggunakan pendekatan yang bertujuan untuk menemukan cara-cara yang pas sesuai konteks lokal dalam meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi siswa – solusi yang sesuai dengan potensi lokal untuk mengatasi tantangan pembelajaran di daerah.

Subscribe to receive free email updates: