Pupuk Langka, Produksi Padi Malah Melimpah

Lombok Tengah, SN - Kelangkaan pupuk bersubsidi pada Januari sampai Februari lalu sempat membuat petani resah. Masalah tersebut disebabkan adanya penertiban penyaluran pupuk bersubsidi  oleh pemerintah.  Namun berkat kesigapan Dispertanak dan jajarannya yang tidak henti hentinya melakukan sosialisasi tentang pupuk bersubsidi secara masip baik di tingkat kabupaten, kecamatan, desa dan kelompok tani, semua persoalan tersebut bisa diatasi dengan baik, justru Kelangkaan pupuk beberapa waktu lalu tampaknya tidak mempengaruhi produksi padi di Lombok Tegah. Kepada wartawan di ruang kerjanya, di ruang kerjanya, Kamis (18/03/2021), Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Kabupaten Lombok Tengah, Lalu Iskandar, mengungkapkan adanya peningkatan produksi. 


Dikatakan Lalu Iskandar, produksi padi periode tanam bulan Oktober 2020 sampai dengan Maret 2021 tahun ini diprediksi sebanyak 290.305 ton gabah kering giling atau setara beras sebanyak 182.892 ton.  Jumlah tersebut naik 9.953 ton dibanding periode tanam yang sama pada tahun 2020 atau 3,55 persen. 


Ia menjelaskan, jika dibandingkan antara proses usaha budidaya tanaman dengan kondisi alokasi pupuk bersubsidi yang terus berkurang, maka terjadi kontradiktif berbanding terbalik.  Asumsi yang dibangun mengatakan bahwa berkurangnya distribusi penyaluran dan aplikasi pupuk bersubsidi akan berpengaruh langsung pada penurunan produksi padi menjadi terbantahkan. Tapi paktanya, hasil produksi petani justeru meningkat. 

Fenomena ini kata Lalu Iskandar menunjukan bahwa hasil penelitian badan Litbang Kementerian Pertanian bahwa kandungan unsur hara dalam tanah sudah tersedia dalam jumlah yang berbeda-beda antara satu lokasi daerah dengan daerah lainnya di Kabupaten Lombok Tengah, sehingga sehingga rekomendasi pemupukan masing-masing desa dan kecamatan menjadi berbeda-beda. 

“Ini membuktikan bahwa pemupukan yang dilakukan petani sudah sesuai petunjuk pemerintah,” kata Iskandar.

Lebih lanjut ia menjelaskan, meskipun tahun ini terjadi penurunan dosis pempukan padi di Kabupaten Lombok Tengah, akan tetapi faktor pendukung utamanya adalah ketersediaan air yang cukup untuk melarutkan pupuk sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman cukup tersedia dalam tanah.  Contoh pada tahun lalu, pemberian pupuk urea, SP-36 maupun NPK diaplikasikan oleh petani,  tetapi masing-masing pupuk memiliki sifat kimia berbeda-beda ada yang mudah cair/ larut dalam air dan mudah/ cepat hilang menguap di udara oleh paparan sinar matahari.  Ketika proses pemupukan pada saat tersebut kekurangan air sebagai pelarut, maka yang akan terjadi adalah banyak unsur hara akan hilang tidak dapat diserap oleh tanaman. Kejadian ini terjadi pada tahun lalu sehingga produksi padi mengalami penurunan yang signifkan. Penurunan produksi padi pada tahun lalu, juga disebabkan oleh adanya serangan organisme penggangu tanaman yang terjadi di beberapa kecamatan.


Intensitas curah hujan yang relative tinggi di penghujung tahun 2020 dan pada awal tahun 2021 membawa berkah bagi petani khususnya di Kabupaten Lombok Tengah. Kondisi alam seperti ini menjadi penanda bahwa musim tanam padi, jagung maupun kedelai dan tanaman lainnya sudah tiba.  Wilayah bagian selatan Lombok Tengah yang selama ini dikenal sebagai daerah kering dengan intensitas curah hujan rendah, para petaninya justeteru sudah memulai aktivitas bercocok tanam sejak bulan Oktober dengan menanam padi, jagung maupun kedelai yang ditanam pada lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan (system gogo rancah), lahan tegalan maupun pada lahan-lahan kebun dan pada lahan hutan tanaman rakyat.


Keberhasilan pada musim tanam ini juga tidak lepas dari optimalisasi aplikasi pemupukan, pergiliran varietas padi dan pendampingan dan pengawalan teknis oleh petugas melalui pendekatan penyuluhan tentang budidaya tanaman sehat. Serta keberhasilan pengendalian hama secara terpadu dan kerjasama harmonis antara petugas penyuluh pertanian lapangan dengan kelompok tani dalam merencanakan varietas padi yang sesuai dengan spesifik lokasi untuk menghindari kegagalan panen.


Ironisnya kata Lalu Iskandar, di saat puncak panen raya padi sekarang ini, harga gabah kering panen justeru masih di bawah harga pembelian pemerintah, yakni sekitar Rp. 3.950,- sampai Rp. 4.100. Celakanya, persoalan ini selalu terjadi setiap tahun dan  serapan gabah oleh Bulog sangat rendah.  Sehingga satu-satunya solusi untuk persoalan ini adalah menunda penjualan untuk beberapa bulan ke depan, sambil menunggu harga padi naik yang akan dapat memberi keuntungan layak bagi petani.


“ Sebelum harga stabil sebaiknya petani jangan melakukan penjualan dulu,” pungkasnya. 


Sementara itu sejumlah petani yang berhasil diminta keterangan membenarkan peningkatan produksi pada musim tanam tahun ini. Pendampingan oleh Dispertanak Lombok Tengah, dinilai sudah sangat maksimal. Hanya saja kedepan para petani berharap kelangkaan pupuk tidak terjadi lagi. Seperti halnya Dispertanak, para petani juga berharap kepada Bulog agar membeli gabah dalam jumlah besar dan harga tinggi, sehingga para petani memperoleh keuntungan besar. Paling tidak hasilnya mampu menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan selama proses tanam. (dar)

Subscribe to receive free email updates: