Mataram, SN - Kesenjangan Pendidikan di Provinsi NTB khusus sekolah di pedesaan dan perkotaan menjadi permasalahan klasik yang harus diselesaikan bersama. Hal itu terlihat dari kualitas belajar mengajar anak. Kesenjangan Pendidikan ini berdampak kepada lemahnya literasi dan numerasi anak anak didik khususnya di pedesaan. Untuk itu diperlukan kerja bersama seluruh elemen masyarakat termasuk didalamnya Relawan literasi.
Karenanya, sebagai tindaklanjut dari kegiatan explorasi berbagai praktek baik pengelolan
Relawan literasi di Provinsi NTB, maka INOVASI bersama KNTBM dan perwakilan CSO tengah
mengembangkan materi pengelolaan relawan.
Sebagai tindaklanjut dari kegiatan tersebut dilaksanakanlah kegiatan sosialisasi materi pengelolaan relawan dengan melibatkan perwakilan koordinator Taman Bacaan Masyarakat (TBM) atau Komunitas/pegiat literasi di NTB. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas koordinator lembaga dalam mengelola relawan sekaligus untuk mendapatkan umpan balik terhadap unit materi yang sudah ada.
Kegiatan sosialisasi materi pengelolaan Relawan dilakukan selama dua hari di Aston Inn Hotel mulai tanggal 11-12 Juni 2022 diikuti oleh koordinator relawan literasi SE Provinsi NTB.
Kegiatan sosialisasi materi pengelolaan Relawan literasi dibuka oleh Mujahidin dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB.
Menurut Mujahidin, kegiatan sosialisasi ini sangat strategis karena itu melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada generasi selanjutnya melalui potensi insani dari peserta yang hadir saat ini. Generasi muda harapan bangsa seharusnya menjadi pemuda yang tangguh kuat dan memiliki inovasi serta kreasi serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi khususnya bagi tumbuh kembang pendidikan anak anak didik. Sebagai relawan literasi yang sebagian besar adalah para pemuda pemudi dituntut untuk mandiri dan tidak manja. "Relawan literasi harus kuat dan ikhlas, tunjukkan kemandirian kita, bangkitkan semangat dan daya tarikmu agar yang lain mau ikut bergabung, tidak ada yang sia sia setiap perjuangan kita dalam mencerdaskan kehidupan bangsa" ujarnya memberi semangat kepada para Relawan literasi agar tidak kendor dalam perjuangannya mengajarkan literasi dan numerasi di Taman Bacaan masing masing-masing.
Menjadi Relawan literasi dengan modal ikhlas tanpa honor memang cukup berat, karena itu hanya pekerja pekerja sosial saja yang bisa melakukan hal itu.
Ansar seorang Relawan literasi asal Desa O'O Kabupaten Dompu mengakui senang gagasan dan pemikirannya bisa bermanfaat bagi orang lain. Sebagai Relawan dirinya harus rela mengabdikan diri demi mencerdaskan anak anak Desa O'O dengan berkeliling ke setiap dusun membawa buku bacaan bagi anak anak SD ataupun TK bersama anggota Relawan literasi lainnya. Dia mengatakan merekrut anggota Relawan menjadi hal yang amat sulit bagi ya sebab hampir sebagian besar anak anak muda yang diajak menolak dengan alasan sibuk dan tak punya honor. "Kendala kita merekrut relawan, yang ditanyakan ada tidak honornya, namanya juga relawan, ya tanpa honor, hanya honor dari Allah saja" ungkapnya dalam bincang-bincang disela Coffee Break kegiatan sosialisasi.
Hal yang sama juga diungkapkan Mariani, seorang Relawan literasi asal Tembeng Putih Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB. Mariani mengakui kesulitan merekrut relawan di desanya. Meskipun demikian dia bersama 6 relawan lainnya tidak pernah putus asa untuk mengajarkan anak anak didik di desanya literasi maupun numerasi. "Masalah kita sama saja dengan Relawan lainnya di masing-masing Kabupaten, yakni sulit rekrut Relawan baru, disamping juga minimnya judul buku di perpustakaan lembaganya dan juga ketiadaan armada yang aman untuk buku dari hujan saat berkunjung ke setiap dusun" ungkapnya.
Mariani berharap agar pemerintah daerah peduli dan memperhatikan apa yang menjadi kendala bagi Relawan. Selain itu dia berharap agar kegiatan yang sama juga dilakukan bagi anggota Relawan lainnya. Sebab materi yang disampaikan cukup menambah ilmu pengetahuan dalam hal mengelola TBM dan perkerutan relawan.
Apa yang menjadi kendala Mariani maupun Ansar dirasakan juga oleh seluruh peserta sosialisasi, kendati demikian peserta tanpak semangat mengikuti kegiatan sosialisasi. Game game yang diberikan oleh pemateri disela sela materi sosialisasi cukup membuat suasana pelatihan menjadi semarak di hari pertama kegiatan sosialisasi.