Lombok Tengah, SB - Kurang lebih 10 ribu Santriwan dan Santriwati dari seluruh Pondok Pesantren di Kabupaten Lombok Tengah mengikuti apel Hari Santri Nasional yang digelar di Alun Alun Tastura Lombok Tengah.
Bertindak selaku inspektur upacara Ketua PCNU Kabupaten Lombok Tengah H.L.Pathul Bahri.
Sebelumnya melaksanakan Apel, mereka pawai dari dua titik kumpul yakni Pendopo Bupati dan Wakil Bupati Lombok Tengah.
Bupati Lombok Tengah yang juga Ketua PCNU H.L.Pathul Bahri dalam pidatonya mengajak para santriwan dan Santriwati untuk senantiasa bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk mengikuti Apel HSN ini.
Menurutnya, hari ini seluruh Santri di Indonesia merayakan momentum bersejarah bagi seluruh masyarakat Indonesia. Memperingati Hari Santri, merupakan momentum yang sudah menjadi acara rutinan setiap tahun.
Bupati menegaskan, setiap kali Hari Santri diperingati, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan. Hari Santri mengingatkan kepada peran besar para santri dan kiai, ulama-ulama pendahulu, dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari serangan penjajah.
Perjuangan para santri dan kiai pada masa revolusi kemerdekaan tersebut adalah bentuk pengamalan ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam, bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Dengan demikian, memperjuangkan kemerdekaan tanah air juga menjadi bagian dari ibadah.
Maka, dari itu, tema peringatan Hari Santri Nasional 2023 yaitu "Jihad Santri Jayakan Negeri" patut menjadi bahan renungan bersama. "Tema ini mengajak kita semua meneladani semangat para santri yang berjuang dengan sepenuh hati dan jiwa untuk memajukan bangsa dan negara" ujarnya.
Jihad yang dimaksud bukanlah peperangan fisik, melainkan perjuangan moral dan intelektual. "Kita tidak bisa meniru apa yang dilakukan oleh para santri di masa lalu, yang rela berkorban nyawa dan harta untuk membebaskan Indonesia dari belenggu kolonialisme" jelasnya.
Namun, kata Bupati bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari perjuangan mereka. Pada masa kemerdekaan seperti sekarang, peran kaum santri, termasuk para intelektual pesantren, masih sangat dibutuhkan untuk turut serta memajukan kehidupan bangsa Indonesia.
Kemiskinan, kebodohan, degradasi moral, hingga kesenjangan sosial-ekonomi yang terus melebar adalah berbagai contoh masalah yang menanti untuk dipecahkan.
Dalam hal ini kata Bupati jihad bisa dimaknai sebagai upaya menjaga diri dari segala hal yang merusak akhlak dan moral. Jihad juga dapat bermakna bersungguh-sungguh membersihkan hati dari sifat-sifat buruk seperti dengki, benci, sombong, rakus, dan lain sebagainya. Maka, jihad adalah berlaku jujur, adil, dan bertanggung jawab dalam segala urusan. "Jihad kita adalah membantu sesama manusia, terutama kelompok lemah dan tertindas. Jihad kita adalah berkontribusi positif untuk kemajuan bangsa dan negara"ujarnya
"dengan memahami makna jihad ini, kita akan menunjukkan bahwa santri bukanlah orang-orang yang mundur dari tantangan, melainkan mereka yang siap menghadapi gejolak zaman sekaligus berkontribusi memajukan kehidupan masyarakat" tutupnya