Okto Marko Pekey Ketika Menyampaikan Materi Buat Peserta Makrab Ipmanapandode 2015 di Penginapan Grya Taruna, Kaliurang Yagyakarta/Foto: Panitia Makrab 2015 |
Yogyakarta, (KM)- Belakangan ini di Yogyakarta, tidak sedikit mahasiswa Papua yang didapati sedang minum Minuman Keras (Miras). Tak tanggung-tanggung. Mulai dari beberapa saat lalu di Gondomangan, kemudian di salah satu kafe di Magelang, di titik nol kilometer, dan kemarin malam (23 Desember 2016, red) di Malioboro. Terkait masalah ini, Okto Marko Pekey, selaku ketua Dewan Adat Daerah (DAD) Wilayah Meepago Papua, sekaligus juga mahasiswa Pasca sarjana di Universitas Gadja Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan keprihatinannya dan kasih beberapa tanggapan.
Dia mengatakan, sangat prihatin dengan sikap mahasiswa Papua yang belum menyadari bahwa dirinya sudah bukan lagi siswa, melainkan mahasiswa yang sedang merantau dan mengemban tugas sebagai pembelajar. Berikut adalah beberapa tanggapan yang diberikan kepada awak media ini lewat pesan elektronik pada hari Sabtu (24/12/2016).
Pertama: Sebagai seorang mahasiswa, tentu masih memiliki keterikatan dalam hal (finansial) dengan orangtua. Orangtua kirim uang bukan untuk beli Miras. Tapi untuk penuhi kebutuhan utama. Mahasiswa mestinya cerdas dalam hal memilah, mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan. Miras itu sub dari keinginan semata yang bisa berujung pada kehancuran. Mahasiswa harus paham itu.
Kedua: Kita semua tahu, situasi, kondisi dan toleransi di Yogyakarta seringkali tidak bersahabat dengan mahasiswa Papua. Adanya stereotip buruk dari pikiran masyarakat Yogyakarta terhadap mahasiswa Papua pun hingga hari ini belum bisa dihilangkan. Mereka masih menilai mahasiswa Papua secara subyektif, dan dalam kondisi seperti ini, mahasiswa Papua mudah dikambinghitamkan. Oleh sebab itu, tiap mahasiswa Papua di Yogyakarta harus menyadari hal ini, dan mampu menggiring diri ke hal-hal yang baik. Kalau mahasiswa Papua minum Miras, berarti sama halnya beri kesempatan kepada orang lain untuk menyalahkan dan dicap sebagai tukang minum (pemiras).
Ketiga: Saat ini umat Kristen diseluruh dunia sedang menyongsong perayaan Natal. Kita tahu, hampir semua mahasiswa Papua di Yogyakarta yang bernotabene Kristen pun tentu sedang dalam suasana persiapan menyambut hari raya Natal. Karena itu, tiap orang (mahasiswa Papua di Yogyakarta) diharapkan supaya mempersiapkan diri. Siapkan palungan hati. Bukan malah minum Miras di muka umum, yang itu tentu bikin malu diri sebagai mahasiswa Papua yang menganut agama nasrani. (Herman E. Degei)