Foto; Dok Prib Anis S/KM |
OPINI, KABARMAPEGAA.COM – Banyak kasus pembunuhan berantai terhadap Orang Asli Papua (OAP). pembunuhan meningkat setiap tahun, mulai pembunuhan secara sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan. Pembunuhan secara halus hingga pembunuhan secara kasar. Semua tindak tanduk pembunuhan sudah menjadi hal biasa yang dilakukan kelompok-kelompok tertentu dan kelompok massal NKRI.
Banyak kasus pelanggaran HAM di Papua, sayangnya pelanggaran itu tidak disikapi dengan tegas Pemerintah Indonesia(Jakarta). Sebuah Komite yang berada di bawah naungan PBB, Committe the elemination of Racial Descrimination (CERD), kalau bukan salah.
Telah mengirim surat notifikasi atau surat pemberitahuan tentang pembunuhan semarak terhadap masyarakat asli Papua (OAP). PBB surati RI tentang kasus ini. Tapi malah Jakarta memberi surat keterangan Palsu tentang keadaan hidup masyarakat Papua. Ada apa sebenarnya?
Dalam surat itu dilampirkan dengan sejumlah kasus2 penembakan dan pembunuhan. Misalnya, pada 4/14 April 2013 dan bulan Desember 2014, terjadi pembunuhan 22 OAP oleh aparat keamanan. Dan sejak Januari 2016, sejumlah orang lainnya disiksa dan dibunuh.
Lebih sadis lagi, pada bulan Mei 2014, ditangkap lebih dari 470 orang asli Papua di berbagai kota di Papua terkait unjuk rasa menentang perekonomian pada perkebunan. Kasus antara tahun 2013-2016 begitu meningkat jumlahnya. Hingga beberapa bulan terakhir ini, banyak terjadi kasus pembunuhan yang serupa.
Kemungkinan 5/10 tahun ke depan masyarakat Papua terus di tindas, di tembak dan di bunuh. Kasus HAM terus meraja lelah di tanah rimba ini. Tanah emas, tanah batu bara terus di banjir darah2 kematian. (Frans P/KM)
* Penulis adalah Fr. STFT Fajar Timur Jayapura - Papua