Foto; Dok, Ilustrasi Google/KM |
OPINI, KABARMAPEGAA.COM – Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Benidiktus Bame aktivis FIM Sorong pernah mengatakan bahwa, guru besar filsafat Plato pernah berkata bahwa di dalam negara ideal pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian yang paling khusus.
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dan pendidikan merupakan suatu tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Jadi, peranan pendidikan yang utama adalah membebaskan. Sayangnya, di negeri ini pendidikan belum menjadi fokus utama pemerintah.
Memang, anggaran pendidikan begitu pesat, tapi anggaran itu habis hanya untuk menyejahterakan guru di tengah-tengah kota sedangkan daerah pedalaman hilang jauh dari harapan. Dengan demikian, Realisasi anggaran begitu habis di panggung para elit akhirnya Indekx pendidikan jauh dari harapan rakyat.
Ďenis aktivis kompekstram juga pernah mengatakan bahwa, mutiaraku hidup dalam gelombang ketertindasan. Lalu, alasan tentang guru tidak mampu betah di daerah pedalaman karena upahnya kecil, hilangnya loyalitas, tidak mau jalan kaki, hal ini yang membuat para guru tidak mau tugas di daerah pedalaman.
Maka dari itu, pemerintah harus berpikir hal mana yang paling penting untuk menjadi aset masa depan agar prioritas khusus dan ada program jangka panjang, menengah dan pendek, bagi pendidikan sehingga, aset jangka panjang yang harus di siapkan "menabur dan menuai demi masa yang cerah."
Mari kita belajar dari sejarah perang dunia ke dia, sosok Hirohito agar pendidikan mampu bersaing di level nasìonal bahkan internasional.
Oleh sebab itu, kami mohon kepada pemerintahan daerah maupun pusat harus perhatikan tenaga guru yang sebenarnya agar tercipta suasana kemajuan yang membentuk karakter anak bangsa yang maju dan berkembang dalam dunia pendidikan, baik sekolah kota maupun di kampung atau daerah terpencil.
*) Penulis adalah Aktivis sekaligus Pemerhati Pendidikan di Tanah Papua
Editor: Frans Pigai