Alat Bantu Membuat Pesan Kampanye Public Relation adalah Kunci Beragam

Foto: Dok, Prib, Manase D/KM
Oleh: Manase Degey 

OPINI, KABARMAPEGAA.COM – Tugas dan tanggung jawab seorang praktisi PR sangatlah kompleks. Tugas seorang PR adalah untuk membangun relationship antara perusahaan dan khalayak. 

Bagaimana PR membangun relationship tersebut dibutuhkan tindakan komunikasi yang membutuhkan pesan-pesan, dalam tugas PR, pesan adalah informasi yang ingin disampaikan organisasi agar khalayak yang menjadi sasasar mengetahuinya. (Mahoney, 2008). Berbeda dengan praktisi yang lain, pesan disampaikan tidak dilakukan dengan “membayar” melainkan membisik pihak ketiga, awak media, untuk menyampaikan pesan perusahaan tersebut kepada publik. 

Meskipun perusahaan bisa berbicara langsung dengan khalayak – baik melalui juru bicara perusahaan atau dengan cara mensponsori suatu acara – tetapi bagi PR lebih kredibel bila berbicara kepada khalayak melalui pihak ketiga, seperti media, asosiasi atau influencer dan lain-lain.

Sebuah kampanye PR yang baik menggunakan kombinasi juru bicara, baik dari dalam mapun dari luar perusahaan dengan konsekuensinya, PR memiliki banyak jurubicara yang masing-masing mempunyai karakter sendiri bahkan tidak tertutup kemungkinan terjadi tumpang tindih pesan yang disampaikan oleh masing-masing jurubicara karena itu, perusahaan atau organisasi membutuhkan alat untuk memastikan konsistensi pesan dikirimkan ke semua pemirsa – kepada pelanggan, pemimpin opini dan media - konsisten. 

Jadi berbeda dengan iklan, alat pertama dan yang lebih penting bagi PR professional adalah mengembangkan - dan bagian terbesar dari pekerjaan PR - adalah house message atau rumah pesan dengan tujuan utama dari sebuah rumah pesan adalah untuk mengatur dan memprioritaskan pesan perusahaan dan disampaikan oleh lain kepada khalayak perusahaan tersebut. 

Dalam percakapan sehari-hari yang sering terjadi adalah sebaliknya ketika seseorang berbicara orang tersebut bisa berbicara tanpa memperhatikan yang harus atau bagaimana orang tersebut mengatakan sesuatu, sebaliknya berbicara atas nama sebuah perusahaan mengharuskan seseorang mengetahui apa yang harus dikatakan dan sesuatu yang boleh dan tidak boleh disampaikan kepada khalayak. 

Ilustrasi menarik tentang pentingnya house message ini adalah bayangkan suatu ketika di kantor ada musibah yang memaksa semua karyawan harus keluar kantor anda kebetulan berada di jenjang yang paling tinggi, bayangkan ragam karyawan yang bekerja di kantor yang sangat mewah, ada lelaki, perempuan, tenaga staf, tenaga kerja asal Jawa, Batak, Makassar, Sulawesi dan sebagainya adalah karyawan anda harus keluar dalam waktu 5 menit, apa yang anda katakana bila ingin meminta mereka untuk segera keluar dari kantor, apakah anda berteriak, lari dulu lalu berteriak atau berteriak sambil lari, kemudian ketika anda berteriak atau lari atau berlari sambil bertreriak, bila pesan anda penting, banyak orang ingin menersukan pesan anda itu kepada yang lain. 

Bayangkan – dengan beragam karakter karyawan yang berbeda di kantor anda – ketika banyak diantara mereka berteriak ingin meneruskan pesan anda, kemungkinan terjadi bias semakin besar, apalagi bila pesan yang anda sampaikan itu cukup panjang pesan itu bisa terjadi ada karyawan yang mengatakan harus keluar secepatnya lewat tangga darurat, ada juga yang karena melihat temannya lewat lift, mereka juga ikut lewat lift dan sebagainya. 

Sebuah rumah pesan yang tepat akan memastikan semua orang - kata kunci: semua orang - berbicara tidak hanya dalam urutan yang benar, tetapi pesan-pesan sudah didesain sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan nanti bisa mengubah sikap atau perilaku seseorang ibarat suatu tim konser musik, semua angota tim mendapatkan partitur lagu yang dimainkan, demikian pula dengan jurubicara perusahaan mereka semua akan harus mendapatkan panduan pesan yang sama (house message) mereka harus mengatakan pesan berupa pesan besarnya dan pesan kunci atau inti serta pesan pendukungnya kepada khalayak. 

Menurut Courtright dan Smudde (2010), pesan kunci adalah komponen dari rencana komunikasi strategis menjadi pesan kunci ini terdiri atas dua dasar pesan pertama adalah tema, tesis atau slogan itu yang merupakan ide tunggal dari semua komunikasi, yang kedua adalah copy poin yang dijadikan sebagai bukti dasar atau substansi argumen rinci yang mendukung tema, tesis atau slogan. 

Pesan yang disampaikan agar bisa memahami intisari dunia melalui lensa dari jobs-to-be-done memberi kita wawasan yang luar biasa ke dalam perilaku orang. 

Praktisi public relations sudah mengetahui banyak hal tentang disruptive. Internet dan media sosial telah mengubah paradigm dan cara kerja profesi PR, namun, bekerja di bidang PR hari ini sungguh menyenangkan tapi butuh penyegaran yang menantang jauh lebih menarik karena perubahan lanskap media dan audiensnya sangat tinggi keuntungannya. (Muyepimo/KM)

*) Tulisan ini diperkaya oleh Materi Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia yang dikutip oleh Praksisi Public Relations of Indonesia tinggal di Timika-Papua

Subscribe to receive free email updates: