Foto: Ilustrasi,KM |
Oleh: Yulianus U. Nawipa
OPINI, KABARMAPEGAA.COM – Siapa saja selalu mengakui bahwa orang Papua asli di tanah Papua namun, orang asli Papua yang tidak merakayat sangat dirugikan selama hidup di bumi ini.
Sehinga saat ini, orang papua asli sangat membutuhkan orang yang bijak melihat keberadaan orang papua asli dan di mana orang Papua asli berada baik orang Papua yang berada pesisir pantai, lembah serta orang papua yang berada pengunungan tengah di tanah Papua.
Karena itu hari ini, orang Papua asli telah tercecer hidupnya baik hidup secara pribadi, keluarga, komunitas akibat dari digulirkan otonomi khusus bagi di tanah Papua sehinga orang Papua sangat dirugikan orang Papua yang tidak merakyat di tanah Papua.
a) Orang Papua yang tidak Merakyat
Tipe Orang Papua yang tidak merakyat di era otonomi khusus bagi di tanah Papua seperti orang Papua yang selalu mengejar kepentingan pribadi, orang Papua yang selalu merampas kepentingan umum menjadi kepentingan pribadi, orang Papua yang selalu muka domba artinya bicara demi orang Papua tetapi hatinya orang non-Papua tentu, orang Papua yang membawa dampak yang sangat buruk baik pribadi, keluarga dan komunitas dan lain sebagainya.
Orang Papua sangat dirugikan untuk merakyat di negerinya sendiri sehinga orang Papua tidak melakukan kebiasaan hidup setelah era otonomi khusus bagi di tanah Papua seperti; saling menghargai antara orang Papua sama orang Papua, di hilang meningkatkan kekeluargaan antara orang Papua sama orang, tidak meningkatkan persaudaraan yang kental antara Papua sama orang non Papua dan lain sebagainya.
Orang Papua Tidak merakyat sangat dirugi itu merupakan suatu dampak yang besar maka perlu merakit kembali orang Papua yang sudah tercecer itu.
Pada tahun 2001, disahkan era otonomi khusus bagi di tanah Papua oleh Negara Indonesia setelah itu orang yang melakukan kepentingan umum dilupakan menjadi kepentingan pribadi akhirnya orang Papua dikorbankan rakyat Papua yang tidak berdosa di tanah Papua.
b) Orang Papua Harus Merakyat
Orang Papua harus merakyat di negerinya sendiri tentu dampaknya baik karena orang Papua meningkatkan persaudaraan sangat harmonis, meningkatkan saling menghargai antara orang Papua sama orang Papua, meningkatkan saling membatu antara orang Papua sama orang Papua dan lain sebagainya.
Orang Papua dilakukan hal tersebut tentu orang papua tidak tercecer hidupnya era otonomi khusus bagi di tanah Papua maka, orang Papua cara apa untuk merakit kembal bahwa bagimana cara merakit kembali? Kapan melakukan untuk merakit kembali itu merupakan suatu tugas kita semua bagi orang Papua asli di tanah Papua?
c) Orang Papua Untung, Benar Merakyat
Orang Papua untung benar merakatnya tentu, orang Papua melakukan pembangunan non-fisik ke arah sasaran manusia seperti; peningkatan sumber daya manusia dan peningkatab ekonomi rakyat secara kearifan lokal masing-masing wilayah di tanah Papua.
Untuk itu tipe orang Papua yang benar menjadi merakyat di era otonomi khusus bagi tanah Papua di mana orang Papua berada tentu orang Papua yang melakukan baik demi kepentingan umum, orang Papua yang melayani baik sesama orang Papua, orang Papua yang selalu kebijakan baik demi orang Papua itu merupakan orang Papua yang sangat peduli orang Papua.
Oleh sebab itu, Orang Asli Papua (OAP) perlu sadar akan merakyat masyarakat untuk suatu perubahan pada kehidupan rakyat di tanah Papua. Tanah Papua memanggil kita bersatu dalam membangun suatu kekuasaan sebagai penyelamat yang melibatkan kemajuan pada bidang-bidang tertentu.
Penyelamat yang dimaksudkan disini adalah mereka yang mampu memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan rakyat. Mereka yang bisa memberikan solusi atas masalah yang digumuli rakyat. Mereka yang mampu menemukan penawar/obat yang cocok bagi masyarakat yang sedang sakit. Mereka yang mampu menghibur masyarakat yang sedang berduka dan menderita, dll. Intinya, intelektual yang lahir dari rakyat harus benar-benar mengabdikan diri untuk rakyat.
Pengabdian diri kepada masyarakat dapat dilakukan dari tempat dimana kita berada saat ini. Para intelek yang bergabung dalam dunia pemerintahan, bisa mengabdi untuk rakyat dari sana, demikian pula bagi mereka yang memilih jalur swasta (Agama, LSM, dll). Fakta dilapangan dewasa ini menunjukan bahwa peran kaum intelektual di jalur swasta lebih banyak dan dominan dibandingkan intelektual yang bergerak dari dunia pemerintahan. Hal itu kemudian berpengaruh kepada tingkat kepercayaan rakyat.
Hari ini intelektual Papua yang bergerak dalam bidang Agama, LSM, faksi-faksi sosial, dst sangat di percaya rakyat Papua dari pada intelektual yang lainnya. Wajar saja penilaian rakyat itu, sebab para inteletual Papua yang berkarya di bidang pemerintahan tak mampu menyumbangkan sesuatu yang berarti bagi rakyat Papua, walaupun mereka menduduki jabatan-jabatan strategis disana.
Mereka hanya bisa membuka mulut besar-besar melalui media-media namun tindakannya nol. Mereka hanya bisa bilang mulut kami ini SK, seperti yang pernah diungkapkan Gubernur Papua beberapa waktu lalu didepan mama Papua yang menuntut pasar khusus bagi mereka di jantung kota Jayapura. Alasan yang lazim diungkapkan kelompok ini untuk mengambil kepercayaan rakyat tapi juga untuk menghindar dari tanggungjawab adalah “kami ada dalam sisitem dan sistem itu yang atur kami, jadi kami susah untuk bergerak”. (Muyepimo/KM)
*) Penulis adalah Rakyat Papua, Tinggal di Papua