SINAR NGAWI™ Ngawi-Budaya Ganti Langse atau ganti selambu berupa mori putih yang difungsikan sebagai penutup Palenggahan Agung Srigati di Alas Ketonggo, Desa Babadan, Kecamatan Paron, Ngawi, kembali digelar. Rahmad Didik Purwanto Kepala Disparpora setempat mengatakan, tradisi Ganti Langse juga menyuguhkan kirab gunungan disusul ruwatan massal berlanjut pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
“Sejak dua tahun lalu prosesi ritual Ganti Langse yang intinya mengganti kain mori dari yang lama dengan yang baru, dikemas dengan lebih menarik lagi sebagai destinasi wisata budaya tahunan,” terang dia.Tambahnya, hal ini untuk menarik pengunjung atau wisatawan lokal maupun asing. Sekaligus memperkenalkan budaya Ganti Langse di Palenggahan Agung Srigati menjadi salah satu destinasi wisata sekaligus mengeksplorasi budaya di Kabupaten Ngawi.
Masih ditempat yang sama, Bupati Ngawi Budi Sulistyono yang kerap disapa Kanang mengharapkan tradisi budaya Ganti Langse akan menjadi mercusuarnya budaya Ngawi. Sama halnya dengan tradisi budaya yang digelar di daerah lain seperti tradisi Maulud di Solo maupun Grebek Suro di Ponorogo.
Tandas Kanang, digelar ruwatan masal gratis yang diikuti puluhan orang dan sedekah bumi berupa gunungan yang diarak oleh ratusan warga masyarakat dari pinggiran desa setempat. Dan tradisi Ganti Langse akan dijadikan agenda tahunan sekaligus salah satu budaya yang paten dari Ngawi.
“Kita berharap Ganti Langse ini menjadi salah satu budaya yang bisa dipatenkan. Dan akan menjadi tradisi tahunan sebagai bukti bahwa Ngawi ini kaya akan budaya,” pungkasnya.
Pewarta: Kun/pr
Editor: Kuncoro