SINAR NGAWI™ Ngawi-Seiring meningkatnya usaha ternak sapi di Ngawi juga terjadi permasalahan terkait limbah yang mana kalau tidak segera ditangani akan menimbulkan pencemaran lingkungan.
Hari Purnomo, Bidang Pengendalian dan Pencemaran, Dinas Lingkungan Hidup setempat mengatakan bahwa upaya solusi penanganan limbah kotoran sapi telah diupayakan dengan pengadaan reaktor biogas.
“Reaktor biogas ini mampu mengolah kotoran ternak sapi agar limbahnya tidak mengakibatkan pencemaran,” terang dia.
Tambahnya, selain itu dari hasil olahan kotoran sapi dengan memanfaatkan reaktor biogas tersebut juga menghasilkan gas metana yang saat ini difungsikan untuk gas yang bisa digunakan untuk kompor atau penerangan.
“Sudah terpasang 15 reaktor biogas di Ngawi, dengan output biogas untuk kompor per reaktor biogasnya bisa memenuhi kebutuhan gas untuk memasak 3 - 4 keluarga,” uranya kemudian.
Tak sebatas itu. Hasil olah limbah kotoran ternak yang berupa cairan dapat berfungsi sebagai pupuk cair untuk menyuburkan lahan pertanian.
Sementara pengendalian dan pencemaran lingkungan di Ngawi selain dengan adanya reaktor biogas, Dinas lingkungan hidup Ngawi juga mengupayakan adanya IPAL (instalasi pengolahan air limbah) untuk usaha tahu dan tempe.
Tahun ini setidaknya diletakkan di 4 lokasi di Ngawi yaitu 1 di Geneng, 2 di Widodaren dan 1 lagi di Jogorogo. Jumlah tersebut juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yangbterdapat 6 lokasi untuk IPAL usaha tahu dan tempe.
“Dan akibat pandemi Covid 19 pada tahun ini yang dimungkinkan terjadinya relokasi anggaran maka hanya bisa terpasang 5 reaktor biogas saja,” pungkasnya.
Pewarta: Lia/Asri
Editor: Kuncoro