Lombok Tengah, SN - Kasus kematian bayi Laila asal Batukliang mendadak viral lantaran pihak keluarga bayi membuat ciutan di medsos terkait pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit umum daerah Praya. PLT Direktur RSUD Praya L.Firman Wijaya. Dalam ciutannya pihak keluarga menuding pihak RSUD Praya menolak pasien tersebut sehingga keluarga pasien membawa bayinya ke RSCM Leneng Praya.
Klarifikasi dilakukan RSUD Praya terkait meninggalnya pasien bayi Laila. Dari kiri ke kanan, dr. Rosit Dokter jaga, Kabid dr. Heny, Kabid Pelayanan dr. Basirun, Kabag TU H.Haramain، dr. Mamang, Kabid H.Erfan
PLT Direktur RSUD Praya L.Firman Wijaya dalam konprensi Pers di Auditorium RSUD Praya Sabtu 15/10, 2022 menegaskan apa yang dituduhkan pihak keluarga Laila yang mengatakan menolak untuk melayani adalah tidak benar. Menurut Sekda Loteng itu, pihak rumah sakit tidak melakukan penolakan melainkan menyarankan ke pihak keluarga agar membawanya ke rumah sakit lainnya ataupun pusat kesehatan lainnya. Hal itu dilakukan karena saat itu pihak rumah sakit tidak memiliki alat inkubator lagi selain yang sedang dipakai oleh dua orang pasien.
"Kami ingin klarifikasi bahwa kami tidak menolak. Waktu itu kondisi pasien sudah gawat, harus segera mendapatkan oksigen dan inkubator namun pada saat itu dia alat yang dimiliki sudah dipakai, karena keterbatasan alat maka kita menyarankan untuk segera dibawa ke tempat pelayanan kesehatan lainnya dan pihak keluarga membawanya ke klinik namun sama jawabannya sehingga dibawa ke RSCM" ujarnya.
Sekda menambahkan, saat ini IGD sedang diperbaiki sehingga kapasitas ruang dan tempat tidur terganggu atau terbatas sehingga tidak bisa di manfaatkan secara maksimal. "Kami sudah sampaikan ke Puskesmas (PKM) bahwa rujukan dalam kondisi tertentu masyarakat bisa membawa ke IGD rumah sakit tanpa melalui rujukan puskesmas atau pusat layanan lainnya" ujarnya.
Dalam kasus almarhumah Laila pihak rumah sakit mengaku tidak menyalahi prosedur karena kondisi saat itu dalam keadaan sakit. "Pasien masuk sekitar jam 3 sore. Seluruh tempat tidur di IGD sedang penuh terutama alat inkubator yang harus digunakan oleh Laila habis dipakai.
"Kami mempersilahkan kepada keluarga untuk melihat kondisi sebenarnya, setelah itu kami sarankan untuk dilayani di fasilitas layanan umum lainnya dari pada menunggu dan keluarga setuju dibawa ke rumah sakit cahaya Medika.Namun kami tidak menutup diri bahwa ada kekurangan alat. Meski demikian komunikasi dengan pihak Cahaya Medika tetap terkait kondisi pasien" ujarnya.
Sekda menyadari bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan masih kurang dari harapan, baik itu pelayanan, pasilitas hingga SDM. "Untuk SDM kami terus lakukan peningkatan kualitas SDM melalui in house training" jelasnya.
Terkait dengan adanya jual beli kamar, Sekda menegaskan akan mendalami kasus itu. "Berikan waktu kepada kami untuk menelusuri kasus itu" jelasnya.
"Penugasan saya, dalam waktu dekat kasus itu saya serahkan ke direktur definitif. Siapkan regulasi dasar. Kami tidak ingin jadi keledai yang terperosok kedua kalinya" tambahnya.
Kabid Pelayanan dr.Basirun Mers, menambahkan SOP ini rigit tidak bisa dibelokkan, kenyataan waktu pasien datang ke IGD dilakukan triase dan hasil triase bahwasanya harus ada perawatan. Melihat kondisi itu saking overload pihak rumah sakit sarankan agar dirawat di tempat lain.
" Inkubator sudah terisi dua dua, tidak bisa ditambah. Sehingga dokter IGD kami menyarankan ke tempat lain. Jadi tidak ada penolakan" jelasnya.
Soal adanyai indikasi jual beli kamar,Basirun membantah keras. "tidak benar, tidak ada orang dalam yang menyiapkan kamar atau menjual kamar, kalaupun ada silahkan disampaikan ke kami untuk kami tindak" ujarnya.
Kabid dr. Heny, soal ditanya apakah pasien umum dan BPJS menjadi keharusan petugas mempertanyakan sesuai SOP sebab tanpa itu petugas tidak bisa menyuntikkan obat yang seharusnya untuk pasien BPJS dan pasien umum.
Heny berharap wartawan memberikan juga hal hal yang baik dirumah sakit tidak hanya memberitakan hal keburukan saja. "Ini yang diberitakan yang buruk buruk saja, ayo dong bantu kita beritakan yang baik soal pelayanan dan prestasi rumah sakit" harapnya.
Dokter jaga waktu kejadian menuturkan Situasi dan kondisi pasien waktu di IGD. Begitu tiba dia selaku sebagai dokter jaga waktu kejadian mengatakan telah melakukan pemeriksaan fisik dan anamesis dan kondisinya sudah sesak. Ada empat metode kami lakukan. Yang pertama inspeksi dan harus segera ditangani dan overload. "Ada pasien PKM yang bawa pasien kita pinjam bad nya . Sepanjang ada bad kami tentu akan melayani. Yang pasti tidak ada keinginan untuk menolak dan tidak ada niat sedikitpun untuk tak menolong. Kenapa kami sarankan ke rumah sakit terdekat untuk dapat oksigen" jelasnya.
Diakhir kompetensi pers, Sekda Lombok Tengah L.Firman Wijaya mengaku masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi dan itu perlunya ada kontrol sosial dari masyarakat termasuk teman wartawan. Segala kekurangan pihak rumah sakit baik itu kualitas SDM, fasilitas medis dan bangunan sedikit demi sedikit dilengkapi sebab saat ini RSUD Praya sedang berusaha untuk naik kelas dari kelas C ke kelas B sehingga apa yang menjadi kelemahan akan dilengkapi dan ditingkatkan. Lth01