Bupati menegaskan penyebaran virus Corona ini sangat cepat sementara pengendaliannya sangat lambat. Dengan membiarkan masyarakat sholat berjamaah maka sama saja pemerintah membiarkan mereka bersentuhan dan menabur virus dan korban baru. Oleh karena itu Bupati tidak mempersoalkan jika ada anggapan masyarakat dirinya penakut ataupun pengecut. "Kalaupun warga saya bilang saya ini perot, penakut, pengecut gara gara Corona ini, silahkan saja, saya tak mau ambil resiko, demi keamanan dan keselamatan warga saya" ungkapnya.
Bupati menegaskan, posisi Lombok Tengah diapit dua kabupaten yang belum diketahui apakah sudah terkendali atau tidak. Jarak kedua daerah Lobar, Mataram dan Lotim sangat dekat oleh karena itu untuk antisipasi hal hal yang tidak diinginkan maka pihaknya tetap memberlakukan sosial distancing dan fisikal distancing. "Misalnya kita biarkan satu kecamatan sholat id di lapangan, apa menjamin kecamatan lain tidak ikut sholat berjamaah ditempat itu, makanya apapun kata orang, saya tak akan buka Masjid sampai benar benar terkendali virus Corona ini" jelasnya.
Jelang idul Fitri ini diakui Bupati, pusat perbelanjaan di buka dan ini sangat di khawatir kan seperti mall di Mataram, hal ini berdampak ke daerah diluar Mataram.
"Ada pasar dadakan harus diatur jaraknya.
Tak bisa kita cegah, cuma harus diawasi ketat" paparnya.
Selain sholat idul Fitri, takbiran keliling dan berkelompok juga dilarang. "Kalau dimasjid dan rumah silahkan. Sholat id tidak ada. Yang boleh masing masing dirumah. Karena kita tidak berani spekulasi, dan belumlah tahu apakah kita ini sudah terkendali atau tidak, tolok ukurnya seperti apa" jelasnya.
Tidak ada halal BI halal cukup silaturahmi online, tidak ada rekreasi. Ini diterapkan diberbagai negara.
Ini bukan program Bupati, Wabup tetapi program bersama. Lth01